This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

10 July, 2015

Teori-Teori Pemerolehan Bahasa Pada Anak

Teori-Teori Pemerolehan Bahasa Pada Anak
by. kongkoh


Untuk memulai tulisan ini akan saya mulai dari definisi bahasa, hal ini penting agar kita mendapatkan informasi dasar sebelum kita membahasa teori-teori yang akan menjelaskan bagaimana bahasa diperoleh oleh anak.
Definisi bahasa. Dari beberapa literatur yang saya baca tentang definisi bahasa secara umum hampir sama, tapi tidak ada salahnya saya tuliskan disini beberapa defini bahasa dari beberapa literatur yang saya temukan.
  • Santrcok (2011:260). Language is a form of communication—whether spoken, written, or signed—that is based on a system of symbols.
  • Brewer (2007:268). Language is defined as a system of communication used by human. it is either produced orally or by sign, and it can be extended to its written form
  • Curtis (2003:46). Language is a small number of individually meaningless symbols (sounds, letters and gestures) that can be combined according to agreed rules to produce an infinite number of messages.
Secara umum dari ketiga definisi tersebut diatas tidak terdapat perbedaan yang berarti. Ada empat hal yang dapat diambil dari ketiga definisi diatas yaitu komunikasi, simbol-simbol, manusia, aturan yang disepakati. Nah sekarang mari kita konstruk sintesanya, ya sekali-kali bolehlah kita buat sitesis. Jadi bahasa bisa kita artikan suatu bentuk sistem komunikasi  manusia berupa simbol-simbol yang memiliki aturan yang telah disepakati. Saya pikir jelas ya..tentang definisi bahasa. 
Bahasa itu sangat terarah dan teratur/terorganisir. Keteraturan bahasa melibatkan 5 (lima) sistem aturan yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, sematik dan pragmatik. Kelima sistem ini tidak saya jelaskan, namun sudah saya berikan link (wikipedia) untuk melihat penjelasan dari masing-masing sistem tersebut. Jadi silahkan teman-teman klik saja dari kelima sistem tersebut.
Selanjutnya akan saya jabarkan teori yang mendukung bagaimana anak memperoleh bahasa. Proses belajar bahasa yang dilakukan anak sering muncul secara ajaib. Tidak ada seorang pun yang mengajari anak belajar bahasa, tetapi dia mempelajarinya, dan mempelajarinya dengan baik dalam waktu yang sangat singkat. Ada 3 model teori yang menjelaskan perkembangan bahasa pada anak yaitu model behaviorist, model linguistik, model konstruktivist.
Model Behaviorist. Model ini menjelaskan bagaimana anak/infant belajar bahasa, model ini tetap konsisten dengan aturan operant conditioning yang didasarkan pada sebuah model sitmulus - respon. Dalam istilah sederhananya dalam belajar bahasa bahwa anak/infant meniru bahasa yang dia dengar dan itu terus dilakukannya dan ia selalu mengulang-ulang apa yang didengarnya. Anak/infant didalam meniru bahasa tidak harus tepat ataupun langsung dimanfaatkan oleh anak dalam belajar bahasa. Satu hal yang penting dalam model ini bahwa anak akan mendapatkan reward atas yang dilakukannya yaitu meniru bahasa yang ia dengar. Model ini tentunya tidak menjawab semua persoalan bagaimana seorang anak memperoleh bahasa, namun setidaknya ada penejelasan dari sisi behavioristik bagaimana seorang anak mempelajari bahasa.
Model linguistik. Tokoh yang terkenal model ini yaitu Noam Chomsky, Ia berpendapat bahwa bahasa sudah melekat pada diri anak semenjak dilahirkan dan yang diperlukan hanyalah pemicu yaitu adanya kontak sosial dengan pembicara agar bahasa tersebut muncul. Ia pun mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat perlengkapan berupa alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device), yaitu suatu struktur yang ada didalam otak yang memungkinkan dapat mempelajari bahasa. 
Model Konstruktivist. Pengusung model ini Jean Piaget, Jerome Bruner dan Lev Vygotsky mempercayai bahwa anak-anak belajar bahasa dengan cepat hal ini dikarenakan  otak manusia mencari pola-pola dan tatanan dalam bahasa, dan terus menerus mencari pola dan tatanan dalam bahasa. Belajar bahasa bukanlah sesuatu yang mudah. Membuat anak berusaha ingin tahu untuk belajar nama-nama benda, perasaan, dan tindakan. Model konstruktif memandang pembelajar memegang peranan penting didalam proses belajar bahasa. Pembelajar aktif dalam mencari dan mengkonstruk makna dan mencari komunikasi dengan orang lain. Pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan bahasa disebutkan dalam model ini, karena banyak kata-kata dapat diperoleh melalui interaksi. Banyak faktor yang mempengaruhi belajar bahasa, seperti faktor kematangan sosial, faktor biologis, faktor kognitif. Menurut Bruner, pemerolehan bahasa didukung oleh orang dewasa yang membuat anak belajar bahasa. Dukungan yang dimaksud dikenal dengan istilah "scaffolding".

Demikian uraian singkat yang dapat saya tuliskan semoga bermanfaat.


Sumber :
  1. Jo Ann Brewer. 2007. Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Grades (6th Edition). United States : Pearson 
  2. John Santrock. 2011. Child Development: An Introduction. New York : McGraw-Hill 
  3. Audrey Curtis. 2003. Care and Education in Early Childhood: A Student's Guide to Theory and Practice. New York : RoutledgeFalmer













07 July, 2015

Sistem Manajemen Perilaku Anak-Anak di Sekolah

Sistem Manajemen Perilaku Anak-Anak di Sekolah
by. kongkoh


Beragam cara dan gaya yang dilakukan sekolah untuk mengkontrol perilaku siswa, mulai dari yang kontrol disiplinya ketat sampai yang longgar. Mungkin sah-sah saja sekolah menggunakan kontrol perilaku yang beragam tentunya masing-masing sekolah memiliki dasar yang kuat untuk menggunakan suatu sistem kontrol yang dianggap mereka efektif untuk mengendalikan perilaku siswa disekolahnya. Pada tulisan ini saya tidak akan memberikan pandangan mengenai masing-masing sistem kontrol perilaku disekolah. Dalam tulisan ini seperti biasa saya hanya menyajikan model-model sistem manajemen perilaku yang bisa ada disekolah atau bahkan mungkin sesuatu yang baru, atau bisa juga model yang jenis kegiatanya sering dilakukan tetapi tidak tahu model apa yang selama ini dilakukannya. mudah-mudahan dalam tulisan ini bisa memberikan penjelasan perihal model sistem manajemen perilaku yang terdapat disekolah. Ada empat model sistem manajemen perilaku yang akan dipaparkan dalam tulisan ini yaitu, Assertive discipline, the Glasser model, the Ginott model dan the Dreikurs model.
Assertive discipline (disiplin yang tegas). Model ini didesain oleh Lee Canter (1976). Model disiplin yang tegas (Assertive discipline) adalah suatu sistem yang mana aturan perilaku diruang kelas ditetapkan oleh guru dan ditempatkan didalam ruang kelas. Konsekuensi dari siswa yang melanggar aturan yang sudah tertera didalam kelas maka hukumannya juga akan dituliskan dipapan tulis yang ada didalam kelas. Misalnya ada siswa yang melanggar aturan berbicara didalam kelas maka namanya akan ditulis dipapan tulis. atau juga bisa diberikan tanda setelah namanya. Kalau disamping namanya sudah terdapat 2 (dua) tanda maka siswa tersebut akan ditangani oleh kepala sekolah atau bisa juga memanggil orang tuanya. Terlepas dari pro dan kontra mengenai model ini namun menurut Canter bahwa dengan penegakkan disiplin yang tegas guru dapat lebih efektif dalam menyelesaikan mengelola permasalahan didalam kelas. Jika ingin mengetahui lebih dalam tentang model ini silahkan baca bukunya Lee Canter Assertive Discipline: Positive Behavior Management for Today's Classroom.
Model Glasser. Model ini diambil dari namanya sendiri yaitu Glasser (1997). Model ini didasarkan pada penyediaan pilihan yang baik untuk siswa. Glesser percaya memberikan piliah-pilihan yang baik kepada siswa akan menghasilkan perilaku yang baik juga dan memberikan pilihan yang buruk akan mengahasilkan perilaku yang buruk. Menurut Glesser bahwa perliaku itu muncul karena dia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, kalau kebutuhan yang ada pada diri siswa ataupun guru dibatasi karena alasan disiplin itu hanya akan menyebabakan siswa maupun guru akan merasa frustrasi untuk memenuhi kebutuhannya. Glesser mengidentifikasi kebutuhan penting bagi para siswa yaitu kebutuhan kekuasaan, kebebasan, dan kesenangan. Lebih lengkapnya silahkan teman-teman baca bukunya Glasser Choice Theory: A New Psychology of Personal Freedom
Model Ginott. Model ini dikembangkan oleh Ginott (1972). didasarkan pada menyeiapkan iklim atau suasana kelas yang kondusif untuk disiplin yang baik melalui komunikasi efektif antara guru dan siswa. Ginot percaya bahwa displin itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang dapat dicapai dengan seiring berjalannya waktu. Prinsip dari model ini adalah pesan korektif yang disampaikan ke siswa diarahkan pada masalahnya bukan pada siswanya. Ginot menggunakan istilah "komunikasi yang selaras" (congruent communication) untuk menjelaskan respon-respon yang selaras dengan persaan anak-anak. Dia juga mendukung adanya kerjasama bukan memberikan tuntutan. Dalam penerapannya model ini tidak memberikan label tertentu pada diri anak tetapi yang dikedepankan yaitu  komunikasi dengan anak-anak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapainya. 
Model Dreikurs. Model ini dikembangkan oleh Dinkmeyer dan Dreikurs (2000). Model ini penekannya pada konskekuensi logis. Dreikurs mendefinisikan disiplin seperti mengajari siswa untuk memberikan batasan pada diri mereka sendiri. Dreikurs percaya bahwa semua siswa ingin memiliki dan perilaku mereka merupakan upaya untuk mencapai rasa memiliki. Jika guru menemukan perilaku yang bermasalah pada diri siswa maka Dreikurs merekomendasikan  guru menujuk siswa yang melakukan hal yang keliru untuk meneria konsekuensi logis atas apa yang dilakukannya. Konsekuensi logis tidak sama dengan hukuman (punishment). Suatu contoh misalnya jika siswa membuang sampah tidak pada tempatnya maka guru menujuk siswa tersebut untuk mengambil sampai yang telah dibuangnya untuk dimasukan ke tempat sampah.

Demikan tulisan singat mengenai manajemen perilaku anak-anak disekolah. Semoga tulisan ini bisa memberikan informasi yang bermanfaat. 






Sumber :
Jo Ann Brewer.2007. Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Grades (6th Edition). United States: pearson. pp. 192-196




Daftar Buku yang Berhubungan Dengan Topik diatas :


















Terapi Kemandulan

Terapi Kemandulan
by. kongkoh


Pada kesempatan ini saya ingin memposting mengenai "kemandulan", namun yang akan dipaparkan disini bukan membahas kemandulannya, tetapi yang dibahas yaitu terapi kemandulan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Terlepas dari apa penyebab dari kemandulan tidak akan dituliskan disini silahkan teman-teman cari artikel yang membahas masalah tersebut. 
Saya sebagai muslim menyakini betul bahwa tidak ada sesuatu didunia ini tanpa sekehendak Tuhan Allah (الله) SWT, Dialah yang menciptakan alam jagad raya ini beserta isinya termasuk didalamnya kita sebagai manusia.
Setiap orang yang sudah berkeluarga tentunya mengharapkan kehadiran seorang anggota keluarga baru yang lahir dari buah cinta mereka, namun terkadang tidak semua harapan yang kita dambakan selalu hadir dihadapan kita termasuk didalamnya adalah mendambakan kehadiran seorang anak. Untuk sebagian orang ingin mendapatkan anak  terkadang membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi padahal usia pernikahan yang dijalaninya sudah begitu lama atau bahkan sampai akhir hanyatnya kehidupan keluarganya tidak mendapatkan keturunan/anak. Beragam cara pasangan suami istri melakukan usaha untuk mendapatkan keturunan dari yang tradisional sampai yang modern, dari yang mengeluarkan uang sedikit sampai yang mengeluarkan uang berjuta-juta, Ada yang berhasil mendapatkan keturunan dari usaha yang mereka lakukan tetapi tidak sedikit pula yang gagal semoga tidak putus asa.
Didalam berusaha memang selalu ada dua kemaungkinan berhasil ataupun gagal. Tentunya sebagai muslim harus menyakini betul bahwa setiap usaha yang yang kita lakukan dengan niat, tujuan serta cara yang benar tidak menyimpang dari ajaran agama semuanya akan menjadi catatan amal kebaikan.
Bagi saudara-saudara kita yang sudah berusaha dengan beragam cara untuk mendapatkan keturunan namun masih belum berhasil juga coba lakukan dengan cara yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu dengan cara memperbanyak istighfar dan sedekah. Informasi ini saya peroleh dari buku yang ditulis Muhammad Suwwaid yang berjudul Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Thift diterjemahkan oleh  Salafuddin Abu Sayyid (Mendidik Anak Bersama Nabi). Berikut ini petikan isi buku yang menulis tentang hal tersebut (halaman 64).
Abu Hanifah dalam Musnad-nya meriwayatkan hadits dari Jabir bin Abdullah bahwa salah seorang, Anshar datang menghadap Nabi serya berkata, "Ya Rasulullah, aku belum dikaruniai anak satu pun dan aku tidak punya anak." Rasulullah kemudian bersabda, "Bila engkau mau memperbanyak istighfar dan memperbanyak sedekah, maka engkau akan dikaruniai anak." Sahabat ini kemudian memperbanyak sedekah dan memperbanyak istighfar. Jabir kemudian melanjutkan ceritanya, "kemudian ia pun dikaruniai sembilan anak laki-laki"

Demikianlah yang dapat saya tuliskan semoga memberikan manfaat.

Sumber:
Muhammad Suwwaid. 2009.Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Thift (diterjemahkan oleh Salafuddin Abu Sayyid) "Mendidik Anak Bersama Nabi". Dar Al-Wafa' Al-Mansura /PustakaArafah:Indonesia




Baca yang lainnya :


 

06 July, 2015

Teori-Teori Bermain

Teori-Teori Bermain
By. kongkoh





Buku yang ditulis oleh Audrey Curtis yang berjudul Care and Education in early childhood, terdapat beberapa para teoritis yang dianggap memberikan kontribusi dan serta berargumentasi bahwa bermain memiliki peranan yang sangat penting di dalam proses belajar pada anak. 

1.Friedrich Froebel
pemikiran Frobel berpengaruh besar di Eropa dan Inggris, pandangan dia tentang bermain tertuang dalam the Education of Man yang dipublikasikan pada tahun 1896. Dia menulis bahwa bermain "play truly recognised and rightly fostered, unites the germinating life of the child attentively with the ripe life of experiences of the adult and thus fosters the one through the other". Dia percaya bahwa bermain berkembang dari dalam diri anak.

2. Herbert Spencer 
teori yang diusungnya yaitu teori surplus energi (Surplus Energy theory).
Dia percaya bahwa hewan yang lebih tinggi, termasuk manusia, seringkali memiliki periode kelebihan energi, dan bermain adalah cara yang dapat diterima untuk menggunakan kelebihan energi. Menurutnya bermain itu terpisah dari pekerjaan, bermain hanya betul-betul untuk mengalihkan energi yang berlebih walapun di dalam pengalihan tersebut terdapat rasa menyenangkan yang diterima anak secara langsung.

3. Karl Groos
Dia mempublikasikan dua buku penting yang terkait bermain yaitu the play of animals and the play of man. Dia beranggapan bahwa bermain adalah sarana untuk membantu anak-anak mempersiapkan diri untuk hidup karena itu bisa memberikan kesempatan untuk mempraktekan keterampilan dan kemungkinan mengeksplorasi dan membelajari apa yang mereka perlu ketahui sebagai orang dewasa.

4. G.Stanley Hall 
teori yang dia usulkan yaiti teori rekapitulasi bermain (the recapitulation theory of play). Stanley Hall berpendapat bahwa melalui tindakan anak bermain keluarlah semua perilaku primitif manusia tentang masa lalu evolusi kita. Misalnya, kasar dan kekasaran bermain mengingatkan pada gulat dan pertempuran masa lalu.

5. Freudian theorists
Most Freudian theorists have referred to play but I have selected those whom I believe have had some impact upon our understanding of play with young children.

6. Sigmund Freud
Freud percaya bahwa bermain adalah pengalaman katarsis bagi anak-anak. Menurut teori psikoanalitik, bermain mengambil bentuk pemenuhan keinginan dan memungkinkan anak untuk menguasai pengalaman traumatis. Freud (1958) menulis bahwa 'setiap anak yang bermain berperilaku seperti seorang penulis imajinatif, karena ia ... menciptakan dunia sendiri atau, dengan lebih benar, ia mengatur hal-hal di dunia ini dan perintah itu dengan cara baru yang lebih menyenangkan. Bermain memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan diri sepenuhnya, tanpa syarat atau pembalasan, karena anak-anak bermain merasa aman. Anak-anak akan menggunakan mainan dan bahan lain untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide yang mereka tidak dapat secara verbal.

7. Eric Erikson 
Erikson mengacu pada pentingnya bermain, Ia menyebut tahap ketiga perkembangan, dari usia empat sampai enam tahun, yang disebut dengan istilah "usia bermain". Selama periode ini anak harus terlibat dalam kedua kegiatan bermain yaitu bermain soliter/sendirian dan bermain kooperatif, karena membantu mereka untuk mengembangkan inisiatif mereka dan menangani kekecewaan dan kegagalan mereka.  

8. Donald Winicott
Winicott stressed the importance of the transitional object in the development of play.For him play allows children the possibility of suspending reality and exploring potentially threatening experiences in the ‘safe’ environment of their fantasy world. 

9. Susan Isaacs
Susan Isaacs mendukung pentingnya bermain di kedua perkembangan yaitu perkembangan emosional dan kognitif anak. Sebagai psikoanalis dia percaya pada manfaat bermain terhadadp emosional , dengan alasan bermain memiliki efek positif pada perkembangan sosial dan kognitif anak-anak. Dia menulis, bermain memang pekerjaan anak dan sarana ia tumbuh dan berkembang. Bermain aktif dapat dipandang sebagai tanda kesehatan mental; dan tidak adanya indikasi  beberapa cacat bawaan, atau penyakit mental '(1929). Baginyamelalui bermain anak-anak dapat memberitahu kita tentang keadaan emosional mereka dan kita bisa mulai memahami kepribadian dan perilaku mereka. 

10. Jean Piaget
Dia berpendapat bahwa anak-anak adalah pembelajar aktif dan dua kegiatan  bermain dan imitasi adalah hal yang penting untuk perkembangan bayi dan anak-anak. Piaget menganggap bahwa bermain adalah produk asimilasi, sedangkan imitasi dihasilkan dari akomodasi. Selama bermain, anak-anak bertindak mengeluarkan perilaku mereka yang sudah terbentuk dan beradaptasi terhadap realitas yang sesuai dengan mereka dengan cara yang menyenangkan. Selama imitasi, sebaliknya, anak-anak mencoba untuk menyalin tindakan orang lain untuk memahami dunia di sekitar mereka.

11.  Jerome Bruner
Bruner melihat bermain bermanfaat bagi perkembangan kognitif. Menurutnya bermain sebagai persiapan dirinya untuk "technical social life that constitutes human culture" (teknis kehidupan sosial yang merupakan kebudayaan manusia). Dia berpendapat bahwa bermain berfungsi baik sebagai praktik untuk penguasaan keterampilan dan sebagai kesempatan untuk mencoba kombinasi baru dari perilaku dalam suasana yang aman. Bruner percaya bahwa semua bermain mempunyai aturan.
12. Lev Vygotsky
Untuk Vygotsky bermain adalah wahana interaksi sosial dan merupakan sumber utama perkembangan di tahun-tahun pra-sekolah. Dia berpendapat bahwa "zone of proximal development" diciptakan oleh bermain, dan karena itu dalam bermain anak-anak belajar bagaimana dapat berfungsi di luar kemampuan mereka saat ini.

13. Maria Montessori
sepertinya kontras dengan para pendidik anak usia dini yang mendukung bahwa kegiatan bermain mempunyai nilai dalam proses kegiatan belajar anak-anak. Sedangkan Maria Montessori menganggap bahwa anak-anak belajar melalui kegiatan kehidupan nyata. Baginya, bermain "dalam kehidupan anak ... mungkin sesuatu yang begitu penting yang ia lakukan karena kurangnya sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan".

Demikian ulasan singkat mengenai teori-teori bermain yang dapat saya tuliskan mudah-mudahan bisa memberikan manfaat. Harapan saya silahkan teman-teman baca dari sumber aslinya, karena dengan membaca dari sumber aslinya akan lebih mendapatkan pemahaman yang lebih utuh.








Sumber:

Audrey Curtis.2003. Care and Education in Early Childhood: A Student's Guide to Theory and Practice. USA and London:RoutledgeFalmer. pp. 104-108




 

05 July, 2015

Mencari pasangan hidup untuk berkeluarga

Mencari pasangan hidup (wanita/isteri) untuk berkeluarga
By. kongkoh



Pada kesempatan ini izinkan saya untuk menulis tentang mencari pasangan hidup. Intisari materi ini saya ambil dari bukunnya Muhammad Suwaid yang berjudul Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyah lit-Thifta (Mendidik Anak Berasama Nabi), yang diterjemahkan oleh Salappudin Abu Sayyid.
Mungkin sudah banyak tulisan yang mengupas tentang ini, bagi saya mencari pasangan hidup untuk berkeluarga menjadi hal yang sangat penting dan fudamental karena langkah ini akan menjadi titik awal kehidupan kita berkeluarga, oleh karena itu kita harus hati-hati dalam mencari dan memilih pasangan hidup. Kualitas pasangan hidup akan menentukan kualitas kehidupan keluarga setelah kita menikah. Berumahtangga bukan untuk  sesaat tetapi utuk selamanya sampai akhir hidup, oleh sebab itu kita jangan main-main dalam mencari pasangan hidup, tentu semua kita berharap keluarga yang akan kita bentuk bersama pasanga hidup kita nanti yaitu keluarga yang didalamnya ada kebahagian, kedamaian, ketenangan, tentram, rasa aman, penuh cinta dan kasih sayang (sakinah, mawaddah, warahmah).
Secara naluri para lelaki mencari pasangan hidup umumnya dilihat pada tampilan fisik yaitu kecantikan, menurut saya kenapa hal ini terjadi karena kecantikan adalah bagian yang paling mudah diidentifikasi oleh indera, sedangkan indikator lainnya seperti akhlak ataupun mental memerlukan cukup waktu untuk mengidentifikasinya sehingga faktor-faktor seperti itu bisanya dikesampingkan dahulu walaupun bisa jadi faktor tersebut lebih penting ketimbang kecantikan. 
Lalu pasangan hidup yang seperti apa yang akan kita cari dan kita pilih tentunya seorang isteri yang shalihah, lalu seperti apa sih ciri istri yang shalihah pertama, jika sang suami memandangnya dia membuatnya gembira, kedua jika dia memerintahkanya dia mematuhinya dan ketiga jika suami pergi maka ia akan selalu menjaganya.
Untuk mendapatkan seorang isteri shaliha tentunya kita harus memperhatikan  hal-hal berikut ini :
  • kecantikan
  • mulia
  • beragama
  • menjaga kesuciannya
  • pandai mengatur urusan rumah tangga
  • berakhlak baik
  • mempunyai mentalitas yang baik
  • sempurna
  • mematuhi suaminya
Pasangan hidup yang mendapingi kita tentunya juga wanita yang mampu mendidik anak-anak kita dengan baik. Berikut ini ciri-ciri wanita yang mampu mendidik anak denga baik :
  • sabar
  • tabah
  • kasih sayang
  • tidak boleh marah terhadap anak didepan suami
  • tidak boleh mendoakan keburukan bagi mereka
  • tidak boleh mencaci dan memukul anak
Demikanlah tulisan singkat mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pasangan hidup/istri. Semoga bermanfaat.


Sumber :
Muhammad Suwaid.2009. Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyah lit-Thifta. (Mendidik Anak Bersama Nabi, penterjemah Salafuddin Abu Sayyid). Pustaka Arafah:Solo. p. 28-30





Baca yang lainnya :