Teori Kognitif Piaget
I. Biografi Singkat Piaget
Jean Piaget dilahirkan pada tanggal 9 Agustus 1896 di Newchatel Swiss. Ayahnya seorang ahli sejarah di universitas Newchatel, dan digambarkan sebagai seorang yang rasional dan sistematis dalam cara berfikir, dimana banyak ditiru oleh Piaget. Sedangkan ibunya adalah seorang yang dinamis, cerdas, religious, dan sedikit neorotis dan sedikit banyak menimbulkan ketegangan di dalam rumah (Yuliani dkk, 2006).
Pada tahun 1920 Piaget memutuskan untuk meneliti anak-anak pada saat bekerja pada laboratorium binet di Paris. Di sana ia bertugas menyusun tes intelegensi untuk anak. Pada awalnya dia merasa bosan dengan pekerjaannya. Dia tidak tertarik dengan menskor jawaban salah dan benar yang diberikan anak seperti yang diperoleh dalam tes intelegensi. Namun demikian, Piaget segera tertarik pada respon anak-anak kecil itu, terutama pada jawaban-jawaban salah. Kesalahan-kesalahan itu ditemukan ada kesesuaian dengan pola yang menunjukkan bahwa berfikir mereka merupakan karakter yang ada pada dirinya sendiri. Anak-anak kecil, menurut dugaan Piaget tidak sekedar menjadi “lebih bodoh”dibandingkan anak-anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tetapi, mungkin berfikir dengan cara yang berbeda secara keseluruhan.
Untuk mempelajari potensi ide-ide unik dari anak-anak, Piaget meninggalkan tes baku yang memaksa respon anak-anak dengan alur artificial dalam “pertanyaan dan jawaban” dan disaranai dengan wawancara klinis dengan berfikir lebih bebas yang mendorong mengalirkan kecenderungan-kecenderungan spontan. Dia juga menggunakan waktu berjam-jam untuk mengamati aktivitas spontan anak-anak. Arah tindakannya ini untuk memperoleh prakonsepsi orang dewasa oleh dirinya tentang pemikiran anak-anak dan untuk mempelajari anak-anak dari dirinya sendiri.
Pada saat tinggal di Paris, Piaget mempublikasikan dua kajian yang didasarkan pada pendekatan baru ini. Pada awalnya dia mewawancarai anak-anak antara usia 4-12 tahun, dan ditemukan bahwa anak-anak sebelum usia 7 tahun, benar-benar berfikir dengan cara yang berbeda secara kualitatif, mengenai mimpi, moral, dan banyak topik lainnya.
Pada tahun 1925, lahir anak pertama Piaget, Jacqueline, suatu peristiwa yang menimbulkan inisiatif rangkaian studi penting tentang prilaku kognitif bayi. Piaget dan istrinya Valentine Chatena mengadakan observasi yang amat cermat terhadap prilaku Jacqueline sebagaimana juga dilakukan pada waktu berikutnya terhadap kedua bayinya Lucy dan Laurene.
Pada tahun 1940, Piaget memulai lagi pengkajian secara cermat terhadap anak-anak dan remaja, tetapi fokus studinya berbeda. Apabila pada awal studinya memfokuskan pada topik mimpi, moral dan hal-hal lain yang merupakan perhatian setiap hari anak-anak, studi barunya diarahkan pada pemahaman anak terhadap konsep matematika dan ilmu pengetahuan, suatu fokus yang mendominasi kerjanya hingga akhir hayat.
Pada tahun 1950an, akhirnya Piaget kembali kepada pertanyaan filosofis dalam epistemologi, walaupun dia melanjutkan kajiannya tentang perkembangan kognitif anak-anak. Penelitian Piaget ini telah menimbulkan respon yang beragam dari para psikolog dalam berbagai kurun waktu. Karya pertamanya yang mendapat perhatian dari para psikolog dari berbagai belahan dunia. Semangat kerja Piaget yang awalnya sangat gigih khususnya ketika berada di Amerika Serikat. Dalam suatu masalah, para psikolog merasa sulit memahami orientasinya. Dia juga terhambat oleh metodologinya. Piaget kadang-kadang merubah pertanyaannya selama wawancara. Jika dipikirkan akan membantu memahami cara berfikir tertentu pada anak. Yang dinilai oleh para psikolog sebagai pelanggaran aturan baku wawancara. Piaget juga mengabaikan pelaporan ukuran sampel dan ringkasan statistik dari hasil penelitiannya. Dia mengangggap masalah ini kurang penting yang utama adalah kaya dan detailnya contoh-contoh berfikir anak.
Dengan adanya dan besarnya penelitian Piaget yang telah melemahkan sepanjang karirnya berasal dari terobosan-terobosan metodologi yang sama, tetapi pada tahun 1960an melihat tanda-tanda bangkitnya kembali minat terhadap karyanya. Para psikolog mengakui bahwa teori-teorinya, tanpa memandang bagaimana kesulitan yang dihadapi dan bagaimana sebab akibat yang didokumentasikan, merupakan sesuatu yang amat penting. Sekarang ini, jarang sekali suatu studi tentang berfikir anak yang tidak mengacu pada teori Piaget (Ahmad, 2005).
II. Pengertian Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Menurut Myers (1996), “Cognition refers to all the mental activities associated with thinking, knowing, and remembering. “Pengertian yang hampir senada juga diberikan oleh Margaret W. Matlin (1994), yaitu : “cognition, or mental activity, involves the acquisition, storage, retrieval, and use of konwledge. “Dalam Dictionary of Psychology karya Drever, dijelaskan bahwa “kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah sebuah istilah yang menunjuk pada semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, imajinasi, penangkapan makna penilaian dan penalaran, pengolahan informasi, memecahkan masalah serta berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya (http://www.balitacerdas.com/fc/).
III. Proses Kognitif
Perlu diketahui dua titik penting teori Piaget. Pertama, Piaget menyadari bahwa anak-anak melewati tahapan ini dengan kecepatan yang berbeda-beda, oleh karena itu dia mengingatkan pentingnya pendekatan pada usia-usia yang terkait dengan mereka. Bagaimanapun dia menekankan bahwa anak-anak berpindah melalui tahap-tahap ini dalam suatu urutan yang tidak berubah, dalam urutan sama.
Kedua, tinjauan umum Piaget tentang sifat perubahan perkembangan. Dinyatakan urutan tahap yang tidak berubah, sebagian sarjana seperti Bandura dan Mcdonal (1963) mengasumsikan bahwa Piaget seorang penganut faham kematangan (maturationist). Namun dia bukan penganut maturasionis, karena kelompok ini percaya bahwa urutan tahap perkembangan sudah diatur oleh gen. Namun Piaget tidak berpikir bahwa tahap-tahap ini ditentukan secara genetik. Mereka sekedar menyajikan cara-cara berpikir komprehensif. Anak-anak secara terus menerus mengeksplorasi, memanipulasi, dan berusaha untuk memahami lingkungan, dan dalam proses ini mereka secara aktif mengkonstruksikan struktur-struktur baru yang lebih terperinci dan yang terkait dengannya.
Piaget juga memanfaatkan konsep biologi tetapi hanya dalam batas-batas tertentu. Dia mengamati bahwa anak-anak mewarisi refleks-refleks. Seperti refleks mengisap, refleks-refleks ini penting dalam bulan pertama kehidupan, tetapi tidak begitu penting pada perkembangan setelah itu. Lebih dari itu, Piaget kadang-kadang menandai aktivitas anak-anak dalam pengertian kecendrungan biologis yang dapat ditemukan pada semua organisme. Kecendrungan ini adalah asimilasi, akomodasi, dan organisasi. Asimilasi artinya memasukkan seperti makanan atau mengunyah. Dalam lingkup intelektual tindakan ini diperlukan untuk mengasismilasi obyek atau informasi di dalam struktur kognitif. Contoh, orang dewasa mengasimilasi informasi melalui membaca buku-buku. Bayi-bayi berusaha untuk asimilasi obyek melalui menggapainya, berupaya untuk mengambil obyek itu didalam skema pemahamannya.
Sebagian obyek tidak begitu sesuai dengan struktur skema yang ada, dalam hal demikian diperlukan tindakan akomodasi, atau mengubah struktur skema. Contohnya, seorang anak bayi perempuan mengetahui bahwa dia dapat meraih sebuah kotak dengan terlebih dahulu menyingkirkan sebuah penghalang. Melalui akomodasi demikian, bayi mulai mengkonstruk secara lebih efisien dan terperinci.
Kecenderungan lainnya adalah organisasi. Misalnya bayi berusia 4 bulan yang telah memiliki kompetensi melihat objek-objek dan meraihnya. Bayi ini dengan mengkombinasikan dua tindakan sekaligus, meraih objek-objek yang sama begitu melihatnya. Pada bidang yang lebih bersifat mental seperti membangun teori-teori. Ada kecenderungan manusia untuk berusaha terus menerus mengorganisasi ide-idenya kedalam sistem yang menyatu (Ahmad, 2005).
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberi label “burung” adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label “burung” adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak .
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistim kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap berikutnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisi dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas (http://id.wikipedia.org).
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
IV. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap
|
Masa
|
Umur
|
Karakteristik
|
I
|
Sensori Motor
|
0 - 2 tahun
|
- Perkembangan skema melalui refleks-refleks untuk mengetahui dunianya.
- Mencapai kemampuan dalam memersepsikan ketetapan dalam objek
|
II
|
Praoperasional
|
2 - 7 tahun
|
- Anak-anak berfikir menggunakan simbol dan bayangan internal, tetapi berfikir mereka tidak sistematis dan tidak logis. Amat berbeda dengan berfikirnya orang dewasa.
|
III
|
Konkret Operasional
|
7 - 11 tahun
|
- Mencapai kemampuan berfikir sistematik tapi hanya apabila mereka dapat mengacu pada objek dan aktivitas konkret
- Mencapai kemampuan mengkonservasikan.
|
IV
|
Formal Operasional
|
11 – Dewasa
|
- Mencapai kemampuan untuk berfikir sistematis terhadap hal-hal yang abstrak dan hipotesis
|
(Sumber: Yuliani Sujiono, 2006)
Pada uraian berikut akan dijelaskan lebih lanjut tentang keempat tahapan perkembangan diatas:
A.
Periode
Sensorimotor (Sensorimotor Stage) 0 – 2 tahun
Periode
sensorimotor berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini,
bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan
tindakan-tindakan motorik fisik oleh karena istilah- istilah sensorimotor.
Periode perkembangan
pertama menurut piaget terdiri atas enam tahap (Ahmad, 2005):
1.
Tahap
ke-1 : Penggunaan refleks (lahir – 1 bulan)
Di
dalam pembahasan tentang struktur tindakan bayi, Piaget menggunakan istilah
skema atau skemata. Skema bisa menjadi pola tindakan apapun untuk berhubungan
dengan lingkungan, seperti melihat, meraih, memukul, atau menyepak. Walaupun
bayi mengkonstruk skema mereka dan selanjutnya menstruktur melalui aktivitas
sendiri, skema pertama yang terdiri atas refleks-refleks primer merupakan
pembawaan lahir. Refleks yang paling utama adalah refleks mengisap, bayi-bayi
secara otomatis mengisap kapan pun bibir mereka disentuh.
Refleks mengandung
arti kepasifan terbatas. Organisme tetap tidak aktif sampai ada stimulasi
merangsangnya. Walaupun demikian, Piaget menunjukkan bahkan refleks seperti
mengisap dengan segera akan menjadi aktivitas yang diinisiatifkan sendiri oleh
bayi. Sebagai contoh, ketika putra bungsunya Laurent berumur dua hari dia mulai
membuat gerakan-gerakan menghisap padahal tidak ada yang memicu reflex ini.
Karena Laurent melakukan gerakan ini di luar jam makan, ketika dia belum lapar,
tampaknya dia menghisap hanya untuk menghisap saja. Piaget menyatakan sekali
kita memiliki sebuah skema, kita juga memiliki kebutuhan untuk membuatnya
aktif.
Lebih dari itu,
ketika bayi merasa lapar, dia tidak sekedar menunggu ibunya secara pasif untuk
menempelkan putingnya pada mulut bayi. Bayi-bayi tidak hanya mengisap puting,
bayi-bayi juga mengisap pakaian, bantal, selimut, jari jemari mereka, dan objek
apa saja yang memungkinkan. Menurut Piaget, bayi mengasimilasi semua jenis objek
kedalam skema pengisapan. Walaupun asimilasi merupakan aktivitas terpenting
selama tahap pertama, juga dapat ditemukan awal akomodasi. Misalnya, bayi-bayi
juga harus belajar menyesuaikan gerakan kepala dan bibir untuk menemukan
puting.
2.
Tahap
ke-2 : Reaksi Sirkuler Primer (1 – 4 bulan)
Reaksi sirkuler
terjadi ketika bayi mendapatkan pengalaman baru dan berusaha untuk
mengulanginya. Sebagai contoh adalah mengisap ibu jari. Pada saat itu tangan
bergerak menyentuh mulut dan ketika tangan lepas bayi berusaha menaikkan
kembali. Menurut Piaget, anak-anak tidak dapat melakukan akomodasi yang
diperlukan untuk mengasimilasikan tangan kepada skema pengisapan. Setelah
berulang kali gagal, mereka mengorganisasi pengisapan dan gerakan tangan serta
menguasai seni mengisap ibu jari.
Sebagaimana
pengisapan ibu jari, reaksi sirkuler primer meliputi organisasi dua skema atau
gerakan tubuh yang sebelumnya terpisah yang terdahulu. Misalnya, ketika bayi
terlihat berulang kali mengulangi dia berlatih reaksi sirkuler primer. Dia
mengkoordinasi penglihatan dan gerakan tangan. Reaksi sirkuler primer ini
memberikan ilustrasi tentang apa yang disebut Piaget dengan perkembangan
intelektual sebagai “proses konstruksi”. Bayi secara aktif melakukan
berasa-sama gerakan dan skema yang berbeda. Sangat penting untuk menekankan
jumlah kerja yang bisa mereka lakukan; bayi-bayi berusaha mengkoordinasikan
gerakan-gerakan yang terpisah hanya setelah mengulang banyak kegagalan.
3.
Tahap
ke-3 : Reaksi Sirkuler Sekunder (4 – 10 bulan)
Reaksi sirkuler
sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan suatu peristiwa menarik
diluar dirinya. Misalnya seorang bayi berbaring diatas ayunan bayi, dia akan
melakukan gerakan pada kakinya untuk menggeser boneka yang tergantung di atas
kepalanya. Dia menatap sebentar pada boneka dan kemudian menggerakkan kakinya
lagi, memperhatikan boneka bergerak lagi. Beberapa hari berikutnya, dia
mengulangi tindakan demikian berulang kali, menyepakkan kakinya dan
memperhatikan boneka-boneka bergerak, dan dia sering memekik dengan tawa pada
saat melihat boneka-boneka bergerak-gerak.
Piaget kadang-kadang
menyebut reaksi-reaksi sirkuler sekunder ini sebagai “membuat pamandangan yang
menarik bertahan lama”. Piaget berspekulasi bahwa bayi-bayi itu tersenyum dan
tertawa sebagai pengakuan atas peristiwa baru yang cukup lucu baginya. Pada
saat yang sama, hal ini menunjukkan anak-anak itu sangat menikmati kekuatan
mereka sendiri, yaitu kemampuan membuat sesuatu peristiwa terjadi
berulang-ulang
4.
Tahap
ke-4 : Koordinasi skema sekunder (10 – 12 bulan)
Pada tahap tiga tahap
sebelumnya, bayi menunjukkan satu tindakan tunggal untuk mencapai sebuah hasil
–sebagi contoh menendang untuk membuat boneka-boneka yang bergantungan
diatasnya bergerak-gerak. Pada tahap 4 tindakan bayi menjadi lebih terbedakan;
dia belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah demi mendapatkan satu
hasil. Pencapaian baru ini paling tampak ketika bayi berhadapan dengan
rintangan-rintangan. Misalnya, pada suatu hari Laurent, putra Piaget ingin
mengambil kotak korek api, tetapi Piaget menghalanginya sebelum dia menyentuh
kotak korek api tersebut. Pertama, Laurent mencoba untuk mengabaikan tangan
ini, dia berusaha melampauinya, tetapi tidak berhasil menyingkirkannya. Ketika
Piaget menahan tangan Laurent agar tidak meraihnya, beberapa hari kemudian
Laurent berhasil mengatasi rintangan melalui menyodok tangan dari lintasan
untuk dapat menangkap kotak tersebut. Jadi, Laurent mengkoordinasikan dua skema
terpisah, menyodok dan merangkap, untuk mencapai tujuan.
Pengamatan sederhana
ini sangat penting untuk mengetahui bagaimana anak mengembangkan pengalaman
dasar tentang ruang dan waktu. Orang dewasa tidak dapat berbicara dengan bayi
dan menanyakan tentang pengalaman mereka tentang ruang dan waktu, tetapi dapat
melihat bagaimana aspek ini berkembang melalui tindakan-tindakan mereka.
5.
Tahap
ke-5 : Reaksi Sirkuler Tertier (12 – 18 bulan)
Pada tahap ini bayi
mencoba melakukan tindakan yang berbeda-beda untuk mengalami hasil yang
berbeda-beda pula. Misalnya, pada suatu hari Laurent tertarik pada sebuah meja
baru. Dia memukulnya dengan kepalan tangan beberapa kali, kadang-kadang dengan
keras, kadang-kadang pelan-pelan, agar dapat didengar suara yang berbeda-beda
yang dihasilkan dari tindakan itu. Dia memvariasi tindakan ini untuk mengetahui
apa yang baru, sebagai hasil yang berbeda dari tindakannya yang bervariasi itu.
Sebaiknya kita berhenti sejenak memperhatikan bahwa bayi-bayi itu belajar
secara keseluruhan menurut diri mereka sendiri tanpa suatu pengajaran dari orang
dewasa. Mereka mengembangkan skema sendirian lepas dari keinginantahuan
intrinsik mengenai dunia ini. Pada tahap ini bayi seakan sebagai ilmuwan kecil.
6.
Tahap
ke-6: Awal berpikir (1,5 – 2 tahun)
Pada tahap 5,
anak-anak telah menjadi ilmuwan kecil, membuat variasi tindakan mereka dan
mengamati hasil-hasilnya. Tapi semua penemuan mereka ini terjadi lewat
tindakan-tindakan fisik. Pada tahap 6, anak-anak kelihatannya mulai memikirkan
situasi secara lebih internal, sebelum akhirnya bertindak.
Contohnya, tingkah
laku tahap 6 yang paling terkenal adalah kisah tentang Lucienne dan kotak
mainan. Piaget meletakkan rantai di dalam kotak mainan yang membuat Lucienne
ingin mengambilnya. Dia memiliki dua skema untuk memperoleh rantai itu:
membalikkan kotak itu dan menyelipkan jarinya ke celah yang menganga. Namun tak
satupun upayanya berhasil. Diapun melakukan sesuatu yang sangat menarik.
Lucienne menghentikan tindakannya dan menatap celah kotak dengan pennuh
perhatian. Kemudian setelah beberapa kali membuka dan menutup mulutnya yang
semakin lebar, Lucienne mengumpulkan tenaga untuk membuka kotak dan akhirnya
mendapatkan rantainya.
Kemajuan anak-anak
pada tahap 6 bisa juga dilihat sebagai upaya untuk berimitasi. Piaget mengamati
bahwa untuk beberapa saat, anak-anak tidak bisa mengimitasi model-model baru
sama sekali; mereka hanya bisa memproduksi tindakan-tindakan yang sudah ada
dalam daftar tingkah laku mereka. Meskipun begitu, di tahap 5 mereka adapat
membuat akomodasi yang dibutuhkan untuk mengimitasi tingkah laku baru lewat
eksperimen coba-coba. Namun hanya pada tahap 6 anak-anak sanggup membuat imitasi
yang tertunda(deferred imitation),imitasi terhadap model-model yang tidak
hadir lagi. Mereka mampu melakukan peniruan yang berbeda-beda, peniruan yang
tidak ada model, misalnya pada umur 18 bln, Jacqueline didatangi seorang anak
kecil yang telah biasa dilihatnya dari waktu ke waktu. Pada suatu hari anak
tersebut merasakan cuaca panas, anak tersebut berteriak-teriak dengan mencoba
keluar dari kotak bayi dan mendorong-dorongnya dan menghentak hentakkan
kakinya. Jacqueline berdiri memperhatikannya dengan keheranan, suatu
pemandangan yang belum pernah disaksikan sebelumnya.
Pada hari berikutnya,
Jacqueline sendiri berteriak di dalam kotak bayi dan berusaha untuk
menggesernya, menghentak – hentakkan kakinya secara perlahan beberapa kali
dalam waktu yang berbeda-beda . Peniruan kejadian secara keseluruhan yang
paling banyak dilakukan.
Piaget menyatakan
bahwa oleh karena peniruan sepenuhnya dilakukan jacqueline pada hari
berikutnya, dia harus sudah memasukkan kedalam penyajian (representasi)
internal model ini. Oleh sebab dia tidak memiliki kosa kata untuk menyajikan
tindakannya dalam kata-kata, mungkin dengan digunakan beberapa bentuk sajian
motorik. Dia mungkin telah meniru perilakunya dengan gerakan otot secara cepat
ketika dia melihatnya, dan gerakan ini digunakan sebagai acuan untuk imitasi
yang dilakukan pada hari berikutnya.
B.
Tahapan
Praoperasional (Preoperasional Stage) 2 – 7 tahun
Tahapan
ini merupakan tahapan kedua dari 4 tahapan. Pemikiran (Pra) Operasional dalam
teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mentall terhadap
objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasional mental yang jarang dan
secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan
mepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris ; anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut
Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul
antara usia dua sampai tujuh tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai mepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif
bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu
mereka tidak dapat memahami keberadaannya di dunia dan bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan (http://id.wikipedia.org).
Karakteristik Utama Pada Tahap Praoperasional Piaget
Karakteristik
|
Deskripsi
|
Contoh
|
Egosentris
|
Anak praoperasional tidak bisa bertindak dan berfikir dalam perspektif orang lain.
|
“apa yang dilakukan anak itu?”, tanya Josie (3th) pada ayahnya yang sedang sarapan di dapur sambil menunjuk kelayar TV. Ia menyangkal bahwa ayahnya tidak bisa melihat TV dari tempatnya duduk.
|
Berpikir animistic
|
Anak praoperasional menganggap objek-objek tak bernyawa memiliki kualitas hidup seperti dirinya
|
Josie dan ayahnya memandangi sunset setelah aktivitas seharian di tepi pantai. Saat matahari mulai tenggelam dan langit menjadi gelap, ia berkata “matahari itu tampak mengantuk”
|
Pikiran yang terikat dengan persepsi
|
Anak praoperasional membuat penilaian secara cepat dan berdasarkan bentuk objek yang di persepsinya
|
Ibu Josie memberikan Josie gelas besar yang diisi dengan separuh jus jeruk sedangkan adiknya diberikan gelas kecil yang diisi penuh dengan jus jeruk. “isi gelas saya seperti punya Billy maka akan sama isinya ” , kata josie
|
Pemusatan
|
Anak praoperasional cenderung berpusat pada satu aspek situasi dan mengabaikan yang lainnya walaupun penting
|
Di sekolah ada perayaan ultah hallie yang ke 4. Amy berumur 3 th, tapi josie mengatakan bahwa Amy lebih tua dari Hallie karena ia lebih tinggi. Berpusat pada tinggi badan dari pada umur.
|
Bentuk tetap vs perubahan bentuk
|
Anak praoperasional berpusat pada bentuk singkat dari pada perubahan bentuk yang dinamis. Hasilnya, ia mengalami kesulitan untuk memulai dan mengakhiri sebuah situasi
|
Josie melihat sepupunya Susie, yang sering bermain kostum bersama. “siapa nama anak ini?”, tanya josie. Kemudian saat Susie memakai celana dan kaosnya, Josie menjawab “oh.. rupanya Susie lagi”
|
Ketakterbalikan
|
Anak praoperasional tidak bisa berpikir terbalik.
|
Ibu Josie menjelaskan “saat Susie memakai pakaian mandi, ia masih orang yang sama”. Tapi menurut Susie, saat memakai pakaian mandi itu bukan Susie. Susie gagal untuk membayangkan adanya perubahan yaitu saat Susie memakai celana pendek dan kaos menjadi Susie yang memakai pakaian mandi.
|
Kurangnya klasifikasi hirarki
|
Anak praoperasional memilliki kesulitan dalam mengelompokkan objek ke dalam tingkat/kelas hirarki dan subkelas
|
Guru membagikan kertas berbagai bentuk: warna merah dan biru, bentuk kotak dan lingkaran. Josie mampu memisahkan kertas berdasarkan warnanya tetapi ia tidak bisa memedakannya berdasarkan bentuk
|
(Sumber: Berk, 1989)
C. Tahap Operasional Konkret (Concrete
Operational Stage) usia 7 – 11 tahun
Pada tahap
ini, anak-anak dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis menggantikan
pemikiran intiutif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh
yang spesifik atau kongkret. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah :
1. Pengurutan
Kemampuan untuk pengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contoh; bila diberi benda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
2. Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan
mengindentikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lainnya, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan).
3. Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa
aspek dari suatu permasalahn untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh: anak
tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.
4. Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau
benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak
dapat dengan cepat menentukan bahwa 4 + 4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan
4, jumlah sebelumnya.
5. Konservatif
Memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Contoh, bila anak diberi cangkir
yang seukuran dan isisnya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke
gelas yang lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak
dengan isi cangkir lain.
6. Penghilangan Sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang
salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan
boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian ujang memindahkan
boneka itu dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam
tahap operasi kongkret akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka
itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan
ke dalam laci oleh Ujang (http://id.wikipedia.org).
Karakteristik Utama dari Tahap Konkrit Operasional
Karakteristik
|
Deskripsi
|
Contoh
|
Konservasi
|
Anak pada tahap ini mengakui karakteristik fisik tertentu dari suatu objek adalah sama walaupun saat tampilannya berubah
|
Setelah menjatuhkan ke lantai 10 uang logam yang semula tersusun di meja, Lizizie menunduk mencari uang tsb. ”saya tahu uangnya ada sepuluh,” ujarnya, ”karena itu adalah jumlah uang yang saya susun di atas meja kemarin.
|
Decentration
|
Pada tahap ini anak mampu mengkoordinasikan sejumlah tugas penting dan bukan hanya berpusat pada satu persepsi yang dominan
|
Setelah mendapatkan dua gelas jus jeruk dari dapur, satu untuk adiknya dan satu lagi untuk dirinya, Lizzie berkata,” jangan khawatir, saya memberimu jus jeruk yang sama banyaknya. Gelas saya tinggi tapi kurus sedangkan gelasmu pendek tapi lebar.
|
Keterbalikan
|
Pada tahap ini anak mampu berpikir secara bertahap dan kemudian kembali lagi ke tahap awal dalam mengatasi masalah
|
Lizzie memahami dengan baik operasi keterbalikan dari penjumlahan dan pengurangan. Dengan kata lain, saat kamu menjumlahkan 7 dengan 8 maka hasilnya adalah 15. ini juga berarti bahwa 15 dikurangi 8 pasti hasilnya 7.
|
Klasifikasi berjenjang
|
Pada tahap ini anak dapat secara fleksibel mengelompokkan dan mengelompokan ulang benda-benda ke dalam jenjang kelas dan sub kelas.
|
Lizzie berdiskusi dengan Marina tentang bagaimana menampilkan koleksi batunya. Marina menyarankan agar ia membedakannya berdasarkan ukuran kemudian warna, atau berdasarkan benuk dan warna.
|
Rangkaian
|
Pada tahap ini anak dibimbing dengan keseluruhan rencana saat mengatur serangkaian item
|
Lizzie memutuskan untuk mengatur batu-batunya berdasarkan ukuran. Ia dengan cepat menyusun 20 batu pada setiap baris, mulai dari yang kecil kemudian yang terkecil dari tumpukan sampai susunannya selesai.
|
Kesimpulan lengkap
|
Pada tahap ini anak mampu secara mental (seriate mentally). Setelah membandingkan A dengan B dan B dengan C, mereka mampu menemukan hubungan antara A dengan C.
|
”saya melihat kotak makan Tina yang baru dan ternyata lebih besar dari punya saya ”kata Marina saat makan roti isi dengan Lizzie. ”pastinya, kotak makannya lebih besar dari punya saya juga, karena lihat- kotak makan saya tidak lebih besar dari punyamu.” kata Lizzie
|
Operasi keruangan
|
Pada tahap ini anak sudah memahami tentang jarak; paham tentang hubungan antara jarak, waktu dan kecepatan; serta membentuk peta kognitif yang teratur dari lingkungan yang dikenalnya.
|
Lizzie sadar bahwa sebuah truk yang menghalangi jalan setapak tidak mengubah jaraknya. Ia juga tahu bahwa jika ia berlari lebih cepat dari Marina dengan waktu tempuh yang sama maka ia akan cepat sampai. Selanjutnya ia dapat menggambarkan peta yang menggambarkan rute dari rumahnya ke rumah Marina lengkap dengan penanda utama yang bisa ditemui selama perjalanan.
|
Horizontal decalage
|
Konsep logis sudah mampu dikuasai secara umum
|
Lizzie memahami tentang konservasi angka dan cairan sebelum ia mengusai pembicaraan mengenai area dan bobot.
|
(Sumber: Berk, 1989)
D. Tahap Operasional Formal (Formal Operation Stage) Usia 11 – 15 tahun
Merupakan tahap terakhir perkembangan kognitif Piaget. Pada tahap ini, individu melapaui dunia nyata, pengamalan-pengalaman kongkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis serta menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Anak tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” diantaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional kongkret.
Karakteristik Utama dari Tahap Formal Operasional
Karakteristik
|
Deskripsi
|
Contoh
|
Pemikiran deduktif-hipotetis
|
Saat menghadapi masalah, anak remaja berpikir semua faktor yang mungkin berpengaruh pada hasil. Walau itu tidak secara langsung diikuti dengan situasi yang konkrit. Kemudian mereka mencoba untuk keluar dari langkah-langkah kebiasaan untuk mengetahui yang mana yang bisa diterapkan pada kehidupan nyata.
|
Pada kelas biologi, Louis diminta untuk memutuskan mana dari dua pupuk yang tepat untuk pertumbuhan bunga violet Afrika. Menurut Louis, ”macam pupuk bukanlah satu-satunya faktor penting. Konsentrasi dan seberapa sering tanaman diberi pupuk bisa juga membawa perubahan”. Jadi Louis berencana membuat penelitian tentang pupuk yang mana yang bisa dipakai berdasarkan keunggulannya dan jadwal pemupukan yang berbeda. Ia memastikan membuat penelitian untuk mengetahui efek yang berbeda dari setiap faktor pertumbuhan tanaman.
|
Pemikiran proposional
|
Remaja formal operasional mampu mengevaluasi pernyataan logis yang tercermin dalam peryataan mereka sendiri. Mereka tidak perlu membandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
|
Louis diberikan beberapa tugas proposional dan diminta untuk menunjukan apakah konklusinya benar, tidak benar atau tidak jelas:
Premis 1: seluruh binatang berwarna ungu
Premis 2: frobe berwarna ungu
Konklusi: frobe adalah binatang
|
(Sumber: Berk, 1989)
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson. L, dkk, Pengantar Psikologi, Interaksara, Batam,
Berk, Laura, 1989, Child Development, Boston
Crain, William, 2007, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Santrock. W, John, Life Span Developmen, McGraw-Hill, America New York: 2008
Suharman, M.S, Psikologi Kognitif, Srikandi, Surabaya: 2005.
Wingkel, W.S, Psikologi Pengajaran, Media Abadi, Yogyakarta: 2004.
Sujiono, Yuliani, 2006, Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta: Universitas Terbuka
Sumber internet: