BURRHUS FREDERICK SKINNER
( 1904 – 1990 )
( 1904 – 1990 )
A. PENDAHULUAN :
Pendekatan behavioral menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Para ahli psikologi penganut faham ini diantaranya adalah :
1. Ivan Pavlop dengan Classical Conditioning-nya
2. John Broadhus Watson, dengan Maze-learning-nya
3. Edward Thorndike dengan Law of effect-nya
4. Burrhus Frederick Skinner dengan Operant Conditioning-nya
Pada tahun 1938, BF Skinner mempublikaskan apa yang disebut sebagai hasil karya yang paling dibicarakan dan berpengaruh pada masa itu yaitu ” The Behaviour of Organism ”. Seperti Watson, pendahulunya Skinner adalah seorang behavioris yang ketat. Dia percaya kalau psikologi menjadi rujukan bagi kondisi – kondisi mental yang tidak bisa diketahui secara umum ( seperti tujuan, hasrat atau kehendak) meskipun begitu, psikologi harus membatasi dirinya hanya mempelajari tingkah laku yang tampak ( bisa diamati ). Dan seperti Watson juga, Skinner merupakan seorang environmentalis. Meskipun dia mengakui kalau organisme masuk kedalam dunia dengan anugerah genetik tertentu, dia lebih peduli kepada cara lingkungan mengontrol tingkah laku.
Namun berbeda dari Watson, model utama pengondisian Skinner bukan Pavlonian. Respon – respons yang dipelajari Pavlov, kata Skinner, paling baik jika dianggap sebagai responden saja. Ini adalah respons – respons yang secara otomatis ’diperoleh’ lewat stimuli yang sudah dikenal. Contohnya, pencernaan makanan secara otomatis memunculkan air liur, dan suara bising otomatis memunculkan respons terkejut. Kebanyakan responden mungkin hanya refleks – refleks sederhana saja.
Justru tingkat tingkah laku kedua yang paling menarik bagi Skinner, disebutnya operan. Di dalam tingkah laku operan, hewan tidak terkekang di dalam kurungan, seperti anjing – anjingnya Pavlov, melainkan bergerak bebas dan ‘ beroperasi ‘ di lingkunganya. Contohnya, di dalam eksperimen – eksperimen awal yang dilakukan Thorndike ( 1905 ), kucing di dalam kotak puzzle akan mengendus – endus, mencakar – cakar dan melompat sampai mereka memukul respons yang memampukan mereka mendapatkan makanan – ada sisi kotak yang memiliki tombol. Respons yang berhasil lebih berkecenderungan untuk diulangi lagi. Di dalam kasus – kasus yang demikian, kita tidak selalu dapat mengidentifikasikan stimulus awal mana yang memunculkan respons. Malah hewan sebenarnya memancarkan respon terlebih dahulu, yang beberapa diantaranya bisa diamati di masa depan karena menghasilkan konsekuensi yang menyenangkan. Jadi bagi Skinner, tingkah laku dikontrol oleh penguatan Stimuli yang mengikutinya.
B. PENGONDISIAN OPERAN ( OPERANT CONDITIONING )
Pengondisian operan (Operant Conditioning) adalah proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negative) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Pada pengkondisian operan, konsekwensi – imbalan atau hukuman – bersifat sementara (kontingen) pada perilaku organisme.
Perilaku ini adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden. Untuk mempelajari pengodisian operan, Skinner membuat sebuah alat yang kemudian dikenal sebagai ‘ kotak Skinner ‘. Meskipun kotak ini berukuran cukup kecil, namun di dalamnya hewan bisa menjelajahinya dengan bebas. Di salah satu sisinya ada sebuah tuas yang jika ditekan otomatis melepaskan makanan atau air. Karena dorongan rasa lapar tikus berusaha keluar untuk mencari makan dengan bergerak ke sana dan ke mari untuk keluar dari kotak itu. Tikus tersebut, awalnya memukul –mukul semua sisi kotak sampai akhirnya tak sengaja memukul tuas itu dan makanan keluar (memperoleh hadiah). Namun seiring waktu, dia menekan tuas itu lebih sering lagi. Secara terjadwal diberi makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku tikus. Proses ini selanjutnya disebut Pembentukan (shaping). Skinner percaya kalau tingkah laku operan, jika dibandingkan dengan tingkah laku responden, memainkan peranan yang jauh lebih besar di dalam hidup manusia.
PRINSIP-PRINSIP PENGKONDISIAN
1. Penguatan ( reinforcement ) dan Hukuman (Punishment)
Penguatan adalah setiap konsekuensi dari tingkah laku yang memiliki dampak memperkuat atau mengokohkan tingkah laku. Prinsip dasarnya adalah penguatan harus bersifat segera. Sebaliknya hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan terjadinya perilaku. Misalnya, kita mungkin berkata kita, “ Selamat. Saya senang sekali setelah membaca puisi yang kamu tulis.” Jika kemudian siswa bekerja lebih keras dan menulis puisi lebih baik lagi, komentar positif kita akan merupakan penguat atau memberi imbalan pada perilaku menulis puisi siswa. Jika kita merengut pada siswa yang yang berbicara di kelas dan kemudian perilaku bicara itu menurun, maka teguran kita itu merupakan hukuman bagi tindakan siswa. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat.
Dalam Penguatan Positif, frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding), seperti dalam contoh dimana komentar positif guru meningkatkan perilaku menulis puisi siswa. Demikian pula, memuji oarng tua yang mau hadir dalam acara seminar pendidikan yang dilakukan sekolah, mungkin akan mendorong mereka kelak ikut seminar lagi.
Dalam Penguatan Negatif, frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan) Misalnya, Ibu mengomeli putranya agar mau merapikan kamarnya sendiri. Dia terus mengomel. Akhirnya, anaknya lelah mendengarkan omelan tersebut dan merapikan kamarnya. Respon anak ( merapikan kamar) menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan (omelan).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan negatif adalah : dalam penguatan positif ada sesuatu yang idtambahkan/diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Sementara itu, kita mungkin akan mengalami kesulitan untuk membedakan antara penguatan negatif dengan hukuman (punishment). Agar istilah ini tidak membingungkan, ingatlah bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Untuk lebih jelasnya lihatlah contoh dalam bagan berikut ini :
PENGUATAN POSITIF
Perilaku
Siswa mengajukan pertanyaan yang bagus Konsekuensi
Guru memuji siswa Perilaku ke depan
Siswa mengajukan lebih banyak pertanyaan
PENGUATAN NEGATIF
Perilaku
Siswa menyerahkan PR tepat waktu Konsekuensi
Guru berhenti menegur siswa Perilaku ke depan
Siswa makin sering menyerahkan PR tepat waktu
HUKUMAN
Perilaku
Siswa menyela guru Konsekuensi
Guru menegur siswa langsung Perilaku ke depan
Siswa berhenti menyela guru
Hukuman adalah penarikan penguat positif atau penambahan penguat negatif, contoh : tidak lagi memberikan ijin menonton televisi (penarikan penguat positif) dan mengurung anak di kamar (penambahan penguat negatif). Menurut Skinner hukuman bukanlah lawan dari penguatan. Penggunaan hukuman menimbulkan akibat sampingan seperti :
1. Hukuman hanya sementara saja menghapuskan tingkah laku
2. Predisposisi emosi, biasanya disebut perasaan bersalah atau malu yang mungkin dikondisikan melalui hukuman.
3. Hukuman menimbulkan rasa takut, kemarahan dan penghindaran. Contoh : seorang anak mungkin akan pura-pura sakit untuk menghindar pergi ke sekolah karena ada tes yang harus ditempuhnya.
4. Ketika siswa dihukum mungkin mereka akan menjadi marah dan cemas sehingga tidak bisa berkonsentrasi pada tugas mereka selama beberapa waktu setelah hukuman diberikan.
Kelemahan hukuman yang utama adalah bahwa kontingensi (sifat sementara) dalam hukuman itu bersifat merusak Artinya, hukuman itu tidak menimbulkan tingkah laku positif. Karena itu yang disarankan ialah menguatkan tingkah laku yang patut, bukannya menghukum tingkah laku yang tidak patut.
2. Generalisasi, diskriminasi dan pelenyapan (Extinction)
Generalisasi berarti memberikan respon yang sama terhadap stimuli yang sama. Yang perlu diperhatikan adalah sampai sejauh mana perilaku digeneralisir dari satu situasi ke situasi lainnya. Contoh, jika pujian guru membuat siswa bekerja lebih giat di kelas. Apakah pujian serupa akan berlaku pula pada tugas yang dikerjakan di luar kelas (di rumah misalnya). Atau jika guru memuji siswa karena mengajukan pertanyaan bagus dalam pelajaran agama, akankah pujian yang sama dapat juga meningkatkan kerja keras siswa pada pelajaran matematika, fisika, biologi atau sejarah ? Dalam hal ini guru perlu melakukan diskriminasi, yaitu pembedaan di antara stimuli dan kejadian lingkungan. Untuk itu guru harus jeli dalam mencari tahu penguat apa yang paling efektif untuk anak – yaitu mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk satu murid mungkin dapat diberikan pujian, untuk murid lain mungkin lebih efektif jika diberikan kesempatan untuk melakukan aktifitas yang disukainya.
Penguatan meningkatkan keseringan merespon; akan tetapi, penghapusan konsekuensi penguatan menurunkan keseringan itu sendiri. Penurunan angka keseringan karena tidak adanya konsekwensi penguat disebut pelenyapan ( extinction). Jika penguatan itu ditarik sama sekali, tingkah laku lambat laun berhenti. Dalam pengkondisian operan, pelenyapan (extinction) terjadi ketika respon penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan responnya menurun. Strategi menghentikan penguatan ini adalah menarik penguatan positif terhadap perilaku tidak tepat dan tidak pantas. Banyak perilaku tidak tepat yang secara tak sengaja dipertahankan karena ada penguatan positif terhadapnya, misalnya : guru memberi perhatian terlalu banyak pada perilaku tidak tepat. Jika kita kemudian menyadari bahwa terlalu banyak memberi perhatian pada perilaku tidak tepat, abaikan perilaku itu dan beri perhatian hanya pada perilaku siswa yang tepat. Contoh, ketika siswa berhenti memonopoli percakapan dalam diskusi kelompok setelah kita tidak memedulikannya, segera beri perhatian pada perilaku tepat yang dilakukan siswa tersebut.
3. Shaping
Shaping adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku yang mirip dengan perilaku yang diharapkan. Proses ini meliputi suatu program yang dirancang secara seksama dalam mengatur stimulus diskriminatif dan penguatan untuk mengubah topografi tingkah laku. Pada awalnya, kita memperkuat setiap respon yang mirip dengan perilaku yang diharapkan. Kemudian kita memperkuat respon yang lebih mirip dengan perilaku yang diharapkan, dans eterusnya sampai siswa melakukan perilaku yang diharapkan, lalu kita memperkuat perilaku tersebut. Contoh:
a. Ada seorang siswa yang tidak pernah menyelesaikan 50% atau lebih tugas matematikanya. Kita tentukan perilaku yang diharapkan (sasaran) yaitu 100%, tetapi kita tetap memprekuat siswa walau perilaku yang diharapkan belum mencapai 100%. Kita pertama-tama memberikan penguat (privilese, misalnya) jika siswa menyelesaikan 60%, kemudian penguat akan diberikan lagi apabila dia menyelesaikan 70 %, lalu 80%, lalu 905, dan akhirnya 100%
b. Misalnya, anak lelaki pemalu. Perilaku sasarannya adalah membuatnya mau berkelompok dan berbicara dengan teman-temanya. Pada awalnya kita memperkuatnya dengan memberikan senyuman di kelas. Kemudian kita mempekuatnya lagi ketika anak tersebut mengatakan sesuatu kepada teman sekelasnya , demikian seterusnya samapi dia mau bergabung dengan teman sekelasnya.
4. Penerapan Teori Skinner dalam dunia pendidikan :
Teori Skinner sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan, khususnya dalam kaidah metodologi dan teknologi pembelajaran. Program-program inovatif dalam bidang pengajaran sebagian besar disusun berdasarkan teori Skinner. Berikut ini adalah beberapa penerapan teori Skinner dalam pendidikan :
1. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diperkuat
3. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
4. Materi pelajaran menggunakan sistem modul
5. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik
6. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri
7. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah
8. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
9. Tingkah laku yang diinginkan dianalisis sekecil mungkin, semakin meningkat mencapai tujuan
10. Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman, untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari adanya hukuman
11. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
12. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda.
Pengaruh Teori Skinner dalam Metodologi Pengajaran
Pengkondisian operan memberi banyak kontribusi untuk praktek pengajaran. Konsekuensi penguatan dan hukuman adalah bagian dari kehidupan guru dan siswa. Guru memberi nilai, pujian, dan teguran, senyuman dan kemarahan. Mempelajari bagaimana kondisi ini mempebgaruhi siswa akan dapat menambah kemampuan kita sebagai guru. Jika dipakai secara efektif, teknik behavioral dapat membantu kita dalam mengelola kelas. Skinner mengatakan bahwa ” Guru harus belajar bagaimana mengajar.....mereka pelu diajar untuk menggunakan cara mengajar yang lebih efektif” Skinner menambahkan bahwa penguatan positif lebih efektif dalam perubahan tingkah laku dan mempertahankan perilaku yang ada daripada hukuman.., Skinner juga menyarankan bahwa hal yang paling penting diperoleh orang ketika dihukum adalah bagaiman caranya menghindar agar tidak dihukum lagi untuk kedua kalinya.
Skinner mengatakan ada 5 kendala dalam pembelajaran :
1. Orang takut gagal
2. Kurangnya/tidak adanya arahan
3. Tidak adanya kejelasan dalam pengarahan
4. Penguatan positif tidak diberikan dengan cukup
5. Tugas tidak dipecah-pecah menjadi tahapan yang lebih kecil
Untuk menghadapi kendala ini, Skinner menyarankan prinsip-prinsip di bawah ini :
1. Buatlah tahap-tahapan yang lebih kecil
2. Mulailah dari yang lebih mudah ke yang lebih sukar
3. Ulangi arahan beberapa kali
4. Segera berikan umpan balik (jangan ditunda)
5. Berikan penguatan positif
Daftar Pustaka :
1. Margaret E Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, Pustaka Teknologi Pendidikan, Universitas Trbuka.
2. Jhon Santrock, Psikologi Pendidikan
3. BF Skinner, Wikipedia free encyclopedia
4. BF Skinner , Superstition in the Pigeon, Internet resource developed by Christophr Green, Toronto, Ontario
5. RW Kentridge, Operant Conditioning and Behaviorism – an historica outline, www.google.com.
0 comments:
Post a Comment