12 December, 2015
22 August, 2015
Tahnik / Men-tahnik
August 22, 2015
No comments
Tahnik
by. kongkoh
Pada kesempatan ini saya ingin mengulas tentang tahnik atau mentahnik bayi yang baru lahir. Materi ini saya ambil dari 2 (dua) sumber buku yaitu pertama yang ditulis oleh 'Ulwan yang berjudul Tarbiyatul Aulad Fil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam), Kedua ditulis oleh Suwaid yang berjudul Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Thift (Mendidik Anak Bersama Nabi). Mentahnik merupakan rangkian proses menyambut lahirnya sang buah hati pujan orang tua yaitu seorang anak. Tahnik atau Mentahnik untuk sebagian umat islam mungkin terasa asing karena istilah ini atau proses ini agak kurang familiar dibandingkan dengan aqiqah, guting rambut, maupun proses pemberian nama seorang anak.
Mentahnik merupakan salah satu amalan yang disyariatkan dalam Islam pada anak yang baru lahir. Namun sebelum kita bahas lebih jauh mari kita pahami dulu apa itu Tahnik/Mentahnik. Menurut 'Ulwan (2012:43) Tahnik artinya mengunyah kurma dan menggosokannya ke bagian tenggorokan anak yang baru lahir. Sedangkan menurut Suwaid (2009:76) Tahnik adalah menggosokkan buah kurma pada langit-langit mulut sang bayi. Dari kedua pengertian diatas buah yang digunakan untuk mentahnik yaitu kurma, lalu bagaimana kalau tidak ada buah kurma menurut 'Ulwan (2012:43) kalau tidak ada kurma bisa menggunakan bahan lain yang rasanya manis seperti saripati gula yang dicampur air bunga.
Berikut ini dalil-dalil yang dijadikan rujukan perihal mentahnik yang saya ambil dari kedua sumber buku yang saya tuliskan diatas :
- disebutkan dalam shahihain dari hadits Abi Burdah bahwa Abu Musa berkata, "Aku telah dikaruniai seorang anak. Kemudian aku membawanya kepada Nabi lalu beliau menamakannya Ibrahim dan menggosok-gosok langit mulutnya dengan sebuah kurma serta mendoakannya dengan keberkahan. Setelah itu beliau menyerahkannya kembali kepadaku.
- disebutkan dalam shahihain dari hadits Anas bin Malik berkata, "Diceritakan bahwa anak Abu Thalhah sakit, sedangkan Abu Thalhah keluar rumah. Kemudian anak itu meninggal. Ketika Abu Thalhah kembali pulang, ia bertanya, 'bagaimanakah keadaan anakku?' Ummu Sulaim menjawab, 'Dia tenang seperti sedia kala. 'kemudian Ummu Sulaim menghidangkan makan malam untuknya dan makanlah dia, setelah itu ia menggaulinya. Setelah selesai, Ummu Sulaim berkata, 'kuburkanlah anakmu.' Keesokan harinya, Abu Thalhah mendatangi Nabi dan memberitahukannya tentang kejadian yang menimpanya. Nabi bersabda, 'Apa tadi malam engkau telah berhubungan?' Ia menjawab, 'Ya.' Nabi bersabda, 'Ya Allah, berikanlah berkah kepada mereka berdua.' kemudian Ummu Sulaim merlahirkan seorang anak. Maka Abu Thalhah berkata kepadaku, 'Bawalah kepada Nabi.' Bersama anak tersebut, ia telah membawa beberapa butir kurma. Kemudia Nabi mengambilnya dan bertanya, 'Apakah ada sesuatu bersamanya?' Mereka berkata, 'Ya, buah kurma.' Kemudian Nabi mengambil buah kurma tersebut dan mengunyahkannya, lalu mengulumkan mulutnya kedalam mulut anak itu. Kemudian menggosok-gosokkannya dan menamakannya 'Abdullah'
- Al-Khalal berkata, "Aku telah diberi kabar oleh Muhammad bin 'Ali, Ia berkata bahwa ia telah mendengar ibu anak Ahmad bin Hambal berkata, 'ketika aku merasakan sakit karena melahirkan anak, tuanku sedang tidur. Kemudian aku berkata kepadanya , 'wahai tuanku, aku ini mau mati.' Ia berkata, 'Semoga Allah menghilangkan sakitmu.' Kemudian ia melahirkan Sa'id. Lalu ia berkata, 'Berikanlah buah kurma itu, kami mempunyai kurma dari mekkah.' Kemudia ia berkata kepada 'Ali. 'Kunyahlah kurma ini dan gosokkanlah kepadanya.' kemudian aku melakukannya."
- Hisyam bin Urwah dari Asma, bahwa dia berkata, "Aku mengandung Abdullah bin Zubair ketika masih di Mekkah. Lalu aku keluar (hijrah dari Mekkah) menuju Madinah, sedangkan aku sedang hamil tua. Lalu aku singgah di Quba, dan akhirnya aku melahirkannya di sana. Kemudian aku letakkan dia dipangkuan beliau. Beliau lantas mendoakannya dengan sebiji kurma yang beliau kunyah terlebih dahulu. Lalu beliau mengeluarkannya lagi. Maka makanan pertama yang masuk kedalam mulutnya adalah kurma yang tercampur dengan liur Rasulullah saw. Kemudia beliau men-tahnik-nya dengan kurma tersebut, mendoakan kebaikan untuknya, serta memohonkan berkah baginya
Demikanlah uraian singkat tentang tahnik, mudah-mudahan dapat memberikan informasi dan bermanfat. Terima kasih.
Sumber :
- Muhammad Suwaid. 2009. Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Thift (Mendidik Anak Bersama Nabi). Diterjemahkan oleh Salafuddin Abu Sayyid. Solo : Pustaka Arafah
- Abdullah Nashih 'Ulwan. 2012. Tarbiyatul Aulad Fil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam). Diterjemahkan oleh Arif Rahman Hakim. Sukoharjo : Al-Andalus
Baca yang lainnya :
24 July, 2015
Chronological age, Biological age, Psychological age, Social age
July 24, 2015
No comments
Chronological age, Biological age, Psychological age, Social age
by. kongkoh
Pada kesempatan ini saya ingin memberikan informasi tentang usia / umur dalam konteks perkembangan kehidupan manusia. Dalam psikologi perkembangan usia / umur memiliki variasi tidak hanya seperti yang biasa kita kenal, misalnya kita sering menyaksikan seseorang yang berulang tahun yang ke…. (misal 10 tahun) itu artinya anak usianya sudah 10 tahun, bisa diartikan juga bahwa waktu 10 tahun merupakan waktu yang telah berlalu atau telah dilalui oleh anak sepanjang kehidupannya. Dalam istilah psikologi perkembangan hal tersebut dikenal dengan istilah usia kronologis (chronological age). Selain usia kronologis dalam psikologi perkembangan ada juga yang disebut usia biologi (biological age), usia psikologis (psychological age), usia social (social age) (Hoyer and Roodin, 2009).. Untuk mengetahui pengertian dari masing-masing istilah tersebut berikut ini penjelasannya yang saya kutip dari bukunya Santrock yang berjudul Life-Span Development.
Chronological age is the number of years that have elapsed since birth. But time
is a crude index of experience, and it does not cause anything. Chronological age,
moreover, is not the only way of measuring age. Just as there are different domains
of development, there are different ways of thinking about age.
Biological age is a
person’s age in terms of biological health. Determining biological age involves knowing
the functional capacities of a person’s vital organs (Westendorp and Kirkwood,
2007). One person’s vital capacities may be better or worse than those of others of
comparable age. The younger the person’s biological age, the longer the person is
expected to live, regardless of chronological age.
Psychological age is an individual’s adaptive capacities compared with those of
other individuals of the same chronological age. Thus, older adults who continue
to learn, are fl exible, are motivated, have positive personality traits, control
their emotions, and think clearly are engaging in more adaptive behaviors
than their chronological age-mates who do not continue to learn, are rigid,
are unmotivated, do not control their emotions, and do not think clearly(Depp, Vahia, and Jeste, 2010; Park and Huang, 2010).
Social age refers to social roles and expectations related to a person’s age (Phillipson and Baars, 2007). Consider the role of “mother” and the behaviors that accompany the
role (Hoyer and Roodin, 2009). In predicting an adult woman’s behavior, it may be
more important to know that she is the mother of a 3-year-old child than to know
whether she is 20 or 30 years old.
Maaf tidak saya terjemahkan, silahkan terjemahkan sendiri oleh teman-teman semoga bisa mendapatkan pemahaman yang utuh dari ke empat istilah tersebut. Demikian tulisan ini dibuat semoga bisa memberikan informasi. Thanks.
Sumber :
- John W. Santrock. 2011. Life-Span Development. New York: McGrawHil
- Westendorp, R. G., & Kirkwood, T. 2007. The biology of aging. In J. Bond, S. Peace, F.Dittman-Kohli, & G. Westerhoff (Eds.), Aging in society (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
- Depp, C., Vahia, I. V., & Jeste, D. (2010). Successful aging: Focusing on cognitive and emotional health. Annual review of clinical psychology (Vol. 6). Palo Alto, CA: Annual Reviews
- Park, D. C., & Huang, C. M. (2010, in press). Culture wires the brain: A cognitive neuroscience perspective. Perspectives in Psychological Science.
- Phillipson, C., & Baars, J. (2007). Social theory and social aging. In J. Bond, S. Peace, F. Dittman-Kohli, & G. Westerhoff (Eds.), Aging in society (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage
- Hoyer, W. J., & Roodin, P. A. (2009). Adult development and aging (6th ed.). New York:McGraw-Hill.
23 July, 2015
DOA - DOA DIDALAM ALQURAN
July 23, 2015
No comments
Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian (QS: Al-Baqarah, 129) |
Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh (QS: Asy-Syu'ra, 83) |
. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat) (QS: Ibrahim, 41) |
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku (QS: Ibrahim, 40) |
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan
jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi
(QS: Al-A'raf, 23)
|
Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku. (QS: Al-Mu'Minun, 97-98) |
page
1 2 3 4
14 July, 2015
Resensi Buku
July 14, 2015
No comments
Kalau kita lihat cover dan judul buku ini sebenarnya mungkin tidak ada menyangka bahwa buku ini membahas secara mendalam tentang doa. Saya sendiri awalnya tidak terlalu tertarik namun setelah baca bagian pertama ternyata ada sesuatu yang berbeda yang disampaikan oleh penulis tentang doa. Penulis buku ini menyapaikan atau menulis materi tentang doa dengan cara yang menarik, bagaimana dia menuliskan dengan bahasa yang sederhana, terperinci, mendalam, ilmiah dan tidak kaku. Sedikit gambaran isi, buku ini mengupas seluk beluk tentang doa yang biasa sehari-hari kita lakukan (muslim), mulai dari makna doa, manfaat doa, tata cara berdoa yang dilakukan oleh para nabi, bagaimana cara agar doa dikabulkan, bagaimana cara memahami dikabulkan dan tidak suatu doa, beberapa hasil penelitian dari medis tentang pengaruh doa, dan yang terakhir diberikan contoh doa-doa yang dilakukan oleh para Nabi serta para sahabat dan orang-orang soleh dan solehah. Jadi secara garis besar buku ini sangat mendorong kita agar tidak henti-hentinya berdoa kepada Alloh Swt baik dalam kondisi sempit maupun lapang mengingat doa ini sangat banyak manfaatnya bagi manusia. Berikut ini saya kutip satu bagian kisah yang dituliskan dalam buku ini yang menurut saya cukup berkesan.
Doanya seekor kijang sbb:
"Seorang alim sering berkunjung dan menginap dirumah sahabatnya. Setiap kali berkunjung ia selalu disuguhi daging kijang hasil berburu. Namun, pada suatu hari sang tuan rumah tidak lagi menyuguhkan masakan daging kijang. Karena itulah sang alim bertanya kepada sahabatnya: "Setiap kali aku datang ke sini engkau selalu menyuguhkan masakan daging kijang. Namunm kenapa kali ini engkau tidak menyuguhkannya?" Sahabat itu kemudian bercertita demikian:
"Memang kebiasaanku adalah berburu, suatu hari aku memasang perangkap di dalam air. Mulailah aku menunggu datangnya seekor kijang sambil bersembunyi. Beberapa lama kemudia datanglah seekor kijang bersama dengan ketiga anaknya. Mereka mulai mendekati air untuk minum. Namun, begitu melihat perangkap yang aku pasang, mereka tidak jadi minum. Pada keesokan harinya mereka kembali datang. Namun kijang-kijang itu juga tidak jadi minum karena melihat perangkapnya. Di hari ke tiga mereka kembali datang. Tubuhnya sudah begitu lemas karena kehausan. Namun, kijang-kijang itu tidak juga mau minum karena masih melihat perangkap di dalam air.
Kijang-kijang itu mulai berputar-putar ke sana kemari. Namun, ketika tidak mendapati adanya sumber air yang lain sang induk kijang kemudian menengadahkan wajahnya ke langit seraya kedua matanya berlinangan air mata. Tidak lama kemudia langit mulai terlihat mendung. Hujan pun turun dengan sangat deras. Sedemikian derasanya sampai air di sungai meluap. Sehingga kijang-kijang itu dapat minum dan mandi sepuas-puasnya kemudia pergi. Melihat kejadian ini terdetak di dalam hatiku "Jika doa seekor kijang saja pun dikabulkan oleh Dzat Yang Maha Menguasai alam raya ini, lalu kenapa manusia tidak juga sadarkan diri?" Demikan semenjak hari itu aku berhenti berburu."
Sebernarnya masih ada lagi kisah yang membuat saya disadarkan akan diri saya sendiri. Seperti kisah semut yang berdoa ketika ada pasukan Nabi Sulaiman yang akan melintasi semut tersebut.
Selain ada keunnggulan pada buku ini, menurut saya ada juga kekurangannya khususnya pada bagian-bagian terakhir yaitu pada bagian doa yang diambil dari hadits-hadist Nabi maupun doa para sahabat serta orang soleh dan solehah didalam buku tersebut ada sebagian tidak dituliskan teks aslinya yaitu kalimat dalam bahasa/huruf Arab, walapun ada sebagian yang menggunakan teks latin namun kalau menurut saya lebih baiknya dilengkapi pula dengan teks asli yang berbahasa/huru arab.
Demikan sedikit ulasan tentang buku ini. Terima kasih.
Doanya seekor kijang sbb:
"Seorang alim sering berkunjung dan menginap dirumah sahabatnya. Setiap kali berkunjung ia selalu disuguhi daging kijang hasil berburu. Namun, pada suatu hari sang tuan rumah tidak lagi menyuguhkan masakan daging kijang. Karena itulah sang alim bertanya kepada sahabatnya: "Setiap kali aku datang ke sini engkau selalu menyuguhkan masakan daging kijang. Namunm kenapa kali ini engkau tidak menyuguhkannya?" Sahabat itu kemudian bercertita demikian:
"Memang kebiasaanku adalah berburu, suatu hari aku memasang perangkap di dalam air. Mulailah aku menunggu datangnya seekor kijang sambil bersembunyi. Beberapa lama kemudia datanglah seekor kijang bersama dengan ketiga anaknya. Mereka mulai mendekati air untuk minum. Namun, begitu melihat perangkap yang aku pasang, mereka tidak jadi minum. Pada keesokan harinya mereka kembali datang. Namun kijang-kijang itu juga tidak jadi minum karena melihat perangkapnya. Di hari ke tiga mereka kembali datang. Tubuhnya sudah begitu lemas karena kehausan. Namun, kijang-kijang itu tidak juga mau minum karena masih melihat perangkap di dalam air.
Kijang-kijang itu mulai berputar-putar ke sana kemari. Namun, ketika tidak mendapati adanya sumber air yang lain sang induk kijang kemudian menengadahkan wajahnya ke langit seraya kedua matanya berlinangan air mata. Tidak lama kemudia langit mulai terlihat mendung. Hujan pun turun dengan sangat deras. Sedemikian derasanya sampai air di sungai meluap. Sehingga kijang-kijang itu dapat minum dan mandi sepuas-puasnya kemudia pergi. Melihat kejadian ini terdetak di dalam hatiku "Jika doa seekor kijang saja pun dikabulkan oleh Dzat Yang Maha Menguasai alam raya ini, lalu kenapa manusia tidak juga sadarkan diri?" Demikan semenjak hari itu aku berhenti berburu."
Sebernarnya masih ada lagi kisah yang membuat saya disadarkan akan diri saya sendiri. Seperti kisah semut yang berdoa ketika ada pasukan Nabi Sulaiman yang akan melintasi semut tersebut.
Selain ada keunnggulan pada buku ini, menurut saya ada juga kekurangannya khususnya pada bagian-bagian terakhir yaitu pada bagian doa yang diambil dari hadits-hadist Nabi maupun doa para sahabat serta orang soleh dan solehah didalam buku tersebut ada sebagian tidak dituliskan teks aslinya yaitu kalimat dalam bahasa/huruf Arab, walapun ada sebagian yang menggunakan teks latin namun kalau menurut saya lebih baiknya dilengkapi pula dengan teks asli yang berbahasa/huru arab.
Demikan sedikit ulasan tentang buku ini. Terima kasih.
13 July, 2015
Doa-Doa Didalam Al-Quran (2)
July 13, 2015
No comments
page
1 2 3 4
10 July, 2015
Teori-Teori Pemerolehan Bahasa Pada Anak
July 10, 2015
fonologi, jean piaget, Jerome Bruner, Lev Vygotsky, model bahaviorist, model konsturktivist, model linguistik, morfologi, pragmatik, scaffolding, sematik, sintaksis
No comments
Teori-Teori Pemerolehan Bahasa Pada Anak
by. kongkoh
Untuk memulai tulisan ini akan saya mulai dari definisi bahasa, hal ini penting agar kita mendapatkan informasi dasar sebelum kita membahasa teori-teori yang akan menjelaskan bagaimana bahasa diperoleh oleh anak.
Definisi bahasa. Dari beberapa literatur yang saya baca tentang definisi bahasa secara umum hampir sama, tapi tidak ada salahnya saya tuliskan disini beberapa defini bahasa dari beberapa literatur yang saya temukan.
- Santrcok (2011:260). Language is a form of communication—whether spoken, written, or signed—that is based on a system of symbols.
- Brewer (2007:268). Language is defined as a system of communication used by human. it is either produced orally or by sign, and it can be extended to its written form
- Curtis (2003:46). Language is a small number of individually meaningless symbols (sounds, letters and gestures) that can be combined according to agreed rules to produce an infinite number of messages.
Secara umum dari ketiga definisi tersebut diatas tidak terdapat perbedaan yang berarti. Ada empat hal yang dapat diambil dari ketiga definisi diatas yaitu komunikasi, simbol-simbol, manusia, aturan yang disepakati. Nah sekarang mari kita konstruk sintesanya, ya sekali-kali bolehlah kita buat sitesis. Jadi bahasa bisa kita artikan suatu bentuk sistem komunikasi manusia berupa simbol-simbol yang memiliki aturan yang telah disepakati. Saya pikir jelas ya..tentang definisi bahasa.
Bahasa itu sangat terarah dan teratur/terorganisir. Keteraturan bahasa melibatkan 5 (lima) sistem aturan yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, sematik dan pragmatik. Kelima sistem ini tidak saya jelaskan, namun sudah saya berikan link (wikipedia) untuk melihat penjelasan dari masing-masing sistem tersebut. Jadi silahkan teman-teman klik saja dari kelima sistem tersebut.
Sumber :
Bahasa itu sangat terarah dan teratur/terorganisir. Keteraturan bahasa melibatkan 5 (lima) sistem aturan yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, sematik dan pragmatik. Kelima sistem ini tidak saya jelaskan, namun sudah saya berikan link (wikipedia) untuk melihat penjelasan dari masing-masing sistem tersebut. Jadi silahkan teman-teman klik saja dari kelima sistem tersebut.
Selanjutnya akan saya jabarkan teori yang mendukung bagaimana anak memperoleh bahasa. Proses belajar bahasa yang dilakukan anak sering muncul secara ajaib. Tidak ada seorang pun yang mengajari anak belajar bahasa, tetapi dia mempelajarinya, dan mempelajarinya dengan baik dalam waktu yang sangat singkat. Ada 3 model teori yang menjelaskan perkembangan bahasa pada anak yaitu model behaviorist, model linguistik, model konstruktivist.
Model Behaviorist. Model ini menjelaskan bagaimana anak/infant belajar bahasa, model ini tetap konsisten dengan aturan operant conditioning yang didasarkan pada sebuah model sitmulus - respon. Dalam istilah sederhananya dalam belajar bahasa bahwa anak/infant meniru bahasa yang dia dengar dan itu terus dilakukannya dan ia selalu mengulang-ulang apa yang didengarnya. Anak/infant didalam meniru bahasa tidak harus tepat ataupun langsung dimanfaatkan oleh anak dalam belajar bahasa. Satu hal yang penting dalam model ini bahwa anak akan mendapatkan reward atas yang dilakukannya yaitu meniru bahasa yang ia dengar. Model ini tentunya tidak menjawab semua persoalan bagaimana seorang anak memperoleh bahasa, namun setidaknya ada penejelasan dari sisi behavioristik bagaimana seorang anak mempelajari bahasa.
Model linguistik. Tokoh yang terkenal model ini yaitu Noam Chomsky, Ia berpendapat bahwa bahasa sudah melekat pada diri anak semenjak dilahirkan dan yang diperlukan hanyalah pemicu yaitu adanya kontak sosial dengan pembicara agar bahasa tersebut muncul. Ia pun mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat perlengkapan berupa alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device), yaitu suatu struktur yang ada didalam otak yang memungkinkan dapat mempelajari bahasa.
Model Konstruktivist. Pengusung model ini Jean Piaget, Jerome Bruner dan Lev Vygotsky mempercayai bahwa anak-anak belajar bahasa dengan cepat hal ini dikarenakan otak manusia mencari pola-pola dan tatanan dalam bahasa, dan terus menerus mencari pola dan tatanan dalam bahasa. Belajar bahasa bukanlah sesuatu yang mudah. Membuat anak berusaha ingin tahu untuk belajar nama-nama benda, perasaan, dan tindakan. Model konstruktif memandang pembelajar memegang peranan penting didalam proses belajar bahasa. Pembelajar aktif dalam mencari dan mengkonstruk makna dan mencari komunikasi dengan orang lain. Pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan bahasa disebutkan dalam model ini, karena banyak kata-kata dapat diperoleh melalui interaksi. Banyak faktor yang mempengaruhi belajar bahasa, seperti faktor kematangan sosial, faktor biologis, faktor kognitif. Menurut Bruner, pemerolehan bahasa didukung oleh orang dewasa yang membuat anak belajar bahasa. Dukungan yang dimaksud dikenal dengan istilah "scaffolding".
Demikian uraian singkat yang dapat saya tuliskan semoga bermanfaat.
Model Behaviorist. Model ini menjelaskan bagaimana anak/infant belajar bahasa, model ini tetap konsisten dengan aturan operant conditioning yang didasarkan pada sebuah model sitmulus - respon. Dalam istilah sederhananya dalam belajar bahasa bahwa anak/infant meniru bahasa yang dia dengar dan itu terus dilakukannya dan ia selalu mengulang-ulang apa yang didengarnya. Anak/infant didalam meniru bahasa tidak harus tepat ataupun langsung dimanfaatkan oleh anak dalam belajar bahasa. Satu hal yang penting dalam model ini bahwa anak akan mendapatkan reward atas yang dilakukannya yaitu meniru bahasa yang ia dengar. Model ini tentunya tidak menjawab semua persoalan bagaimana seorang anak memperoleh bahasa, namun setidaknya ada penejelasan dari sisi behavioristik bagaimana seorang anak mempelajari bahasa.
Model linguistik. Tokoh yang terkenal model ini yaitu Noam Chomsky, Ia berpendapat bahwa bahasa sudah melekat pada diri anak semenjak dilahirkan dan yang diperlukan hanyalah pemicu yaitu adanya kontak sosial dengan pembicara agar bahasa tersebut muncul. Ia pun mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat perlengkapan berupa alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device), yaitu suatu struktur yang ada didalam otak yang memungkinkan dapat mempelajari bahasa.
Model Konstruktivist. Pengusung model ini Jean Piaget, Jerome Bruner dan Lev Vygotsky mempercayai bahwa anak-anak belajar bahasa dengan cepat hal ini dikarenakan otak manusia mencari pola-pola dan tatanan dalam bahasa, dan terus menerus mencari pola dan tatanan dalam bahasa. Belajar bahasa bukanlah sesuatu yang mudah. Membuat anak berusaha ingin tahu untuk belajar nama-nama benda, perasaan, dan tindakan. Model konstruktif memandang pembelajar memegang peranan penting didalam proses belajar bahasa. Pembelajar aktif dalam mencari dan mengkonstruk makna dan mencari komunikasi dengan orang lain. Pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan bahasa disebutkan dalam model ini, karena banyak kata-kata dapat diperoleh melalui interaksi. Banyak faktor yang mempengaruhi belajar bahasa, seperti faktor kematangan sosial, faktor biologis, faktor kognitif. Menurut Bruner, pemerolehan bahasa didukung oleh orang dewasa yang membuat anak belajar bahasa. Dukungan yang dimaksud dikenal dengan istilah "scaffolding".
Demikian uraian singkat yang dapat saya tuliskan semoga bermanfaat.
Sumber :
- Jo Ann Brewer. 2007. Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Grades (6th Edition). United States : Pearson
- John Santrock. 2011. Child Development: An Introduction. New York : McGraw-Hill
- Audrey Curtis. 2003. Care and Education in Early Childhood: A Student's Guide to Theory and Practice. New York : RoutledgeFalmer
07 July, 2015
Sistem Manajemen Perilaku Anak-Anak di Sekolah
July 07, 2015
disiplin kelas, disiplin siswa, model disiplin, model disiplin tegas, model dreikurs, model ginott, model glasser
No comments
Sistem Manajemen Perilaku Anak-Anak di Sekolah
by. kongkoh
Beragam cara dan gaya yang dilakukan sekolah untuk mengkontrol perilaku siswa, mulai dari yang kontrol disiplinya ketat sampai yang longgar. Mungkin sah-sah saja sekolah menggunakan kontrol perilaku yang beragam tentunya masing-masing sekolah memiliki dasar yang kuat untuk menggunakan suatu sistem kontrol yang dianggap mereka efektif untuk mengendalikan perilaku siswa disekolahnya. Pada tulisan ini saya tidak akan memberikan pandangan mengenai masing-masing sistem kontrol perilaku disekolah. Dalam tulisan ini seperti biasa saya hanya menyajikan model-model sistem manajemen perilaku yang bisa ada disekolah atau bahkan mungkin sesuatu yang baru, atau bisa juga model yang jenis kegiatanya sering dilakukan tetapi tidak tahu model apa yang selama ini dilakukannya. mudah-mudahan dalam tulisan ini bisa memberikan penjelasan perihal model sistem manajemen perilaku yang terdapat disekolah. Ada empat model sistem manajemen perilaku yang akan dipaparkan dalam tulisan ini yaitu, Assertive discipline, the Glasser model, the Ginott model dan the Dreikurs model.
Assertive discipline (disiplin yang tegas). Model ini didesain oleh Lee Canter (1976). Model disiplin yang tegas (Assertive discipline) adalah suatu sistem yang mana aturan perilaku diruang kelas ditetapkan oleh guru dan ditempatkan didalam ruang kelas. Konsekuensi dari siswa yang melanggar aturan yang sudah tertera didalam kelas maka hukumannya juga akan dituliskan dipapan tulis yang ada didalam kelas. Misalnya ada siswa yang melanggar aturan berbicara didalam kelas maka namanya akan ditulis dipapan tulis. atau juga bisa diberikan tanda setelah namanya. Kalau disamping namanya sudah terdapat 2 (dua) tanda maka siswa tersebut akan ditangani oleh kepala sekolah atau bisa juga memanggil orang tuanya. Terlepas dari pro dan kontra mengenai model ini namun menurut Canter bahwa dengan penegakkan disiplin yang tegas guru dapat lebih efektif dalam menyelesaikan mengelola permasalahan didalam kelas. Jika ingin mengetahui lebih dalam tentang model ini silahkan baca bukunya Lee Canter Assertive Discipline: Positive Behavior Management for Today's Classroom.
Model Glasser. Model ini diambil dari namanya sendiri yaitu Glasser (1997). Model ini didasarkan pada penyediaan pilihan yang baik untuk siswa. Glesser percaya memberikan piliah-pilihan yang baik kepada siswa akan menghasilkan perilaku yang baik juga dan memberikan pilihan yang buruk akan mengahasilkan perilaku yang buruk. Menurut Glesser bahwa perliaku itu muncul karena dia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, kalau kebutuhan yang ada pada diri siswa ataupun guru dibatasi karena alasan disiplin itu hanya akan menyebabakan siswa maupun guru akan merasa frustrasi untuk memenuhi kebutuhannya. Glesser mengidentifikasi kebutuhan penting bagi para siswa yaitu kebutuhan kekuasaan, kebebasan, dan kesenangan. Lebih lengkapnya silahkan teman-teman baca bukunya Glasser Choice Theory: A New Psychology of Personal Freedom
Model Ginott. Model ini dikembangkan oleh Ginott (1972). didasarkan pada menyeiapkan iklim atau suasana kelas yang kondusif untuk disiplin yang baik melalui komunikasi efektif antara guru dan siswa. Ginot percaya bahwa displin itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang dapat dicapai dengan seiring berjalannya waktu. Prinsip dari model ini adalah pesan korektif yang disampaikan ke siswa diarahkan pada masalahnya bukan pada siswanya. Ginot menggunakan istilah "komunikasi yang selaras" (congruent communication) untuk menjelaskan respon-respon yang selaras dengan persaan anak-anak. Dia juga mendukung adanya kerjasama bukan memberikan tuntutan. Dalam penerapannya model ini tidak memberikan label tertentu pada diri anak tetapi yang dikedepankan yaitu komunikasi dengan anak-anak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapainya.
Model Dreikurs. Model ini dikembangkan oleh Dinkmeyer dan Dreikurs (2000). Model ini penekannya pada konskekuensi logis. Dreikurs mendefinisikan disiplin seperti mengajari siswa untuk memberikan batasan pada diri mereka sendiri. Dreikurs percaya bahwa semua siswa ingin memiliki dan perilaku mereka merupakan upaya untuk mencapai rasa memiliki. Jika guru menemukan perilaku yang bermasalah pada diri siswa maka Dreikurs merekomendasikan guru menujuk siswa yang melakukan hal yang keliru untuk meneria konsekuensi logis atas apa yang dilakukannya. Konsekuensi logis tidak sama dengan hukuman (punishment). Suatu contoh misalnya jika siswa membuang sampah tidak pada tempatnya maka guru menujuk siswa tersebut untuk mengambil sampai yang telah dibuangnya untuk dimasukan ke tempat sampah.
Demikan tulisan singat mengenai manajemen perilaku anak-anak disekolah. Semoga tulisan ini bisa memberikan informasi yang bermanfaat.
Sumber :
Jo Ann Brewer.2007. Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Grades (6th Edition). United States: pearson. pp. 192-196
Daftar Buku yang Berhubungan Dengan Topik diatas :
Model Glasser. Model ini diambil dari namanya sendiri yaitu Glasser (1997). Model ini didasarkan pada penyediaan pilihan yang baik untuk siswa. Glesser percaya memberikan piliah-pilihan yang baik kepada siswa akan menghasilkan perilaku yang baik juga dan memberikan pilihan yang buruk akan mengahasilkan perilaku yang buruk. Menurut Glesser bahwa perliaku itu muncul karena dia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, kalau kebutuhan yang ada pada diri siswa ataupun guru dibatasi karena alasan disiplin itu hanya akan menyebabakan siswa maupun guru akan merasa frustrasi untuk memenuhi kebutuhannya. Glesser mengidentifikasi kebutuhan penting bagi para siswa yaitu kebutuhan kekuasaan, kebebasan, dan kesenangan. Lebih lengkapnya silahkan teman-teman baca bukunya Glasser Choice Theory: A New Psychology of Personal Freedom
Model Ginott. Model ini dikembangkan oleh Ginott (1972). didasarkan pada menyeiapkan iklim atau suasana kelas yang kondusif untuk disiplin yang baik melalui komunikasi efektif antara guru dan siswa. Ginot percaya bahwa displin itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang dapat dicapai dengan seiring berjalannya waktu. Prinsip dari model ini adalah pesan korektif yang disampaikan ke siswa diarahkan pada masalahnya bukan pada siswanya. Ginot menggunakan istilah "komunikasi yang selaras" (congruent communication) untuk menjelaskan respon-respon yang selaras dengan persaan anak-anak. Dia juga mendukung adanya kerjasama bukan memberikan tuntutan. Dalam penerapannya model ini tidak memberikan label tertentu pada diri anak tetapi yang dikedepankan yaitu komunikasi dengan anak-anak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapainya.
Model Dreikurs. Model ini dikembangkan oleh Dinkmeyer dan Dreikurs (2000). Model ini penekannya pada konskekuensi logis. Dreikurs mendefinisikan disiplin seperti mengajari siswa untuk memberikan batasan pada diri mereka sendiri. Dreikurs percaya bahwa semua siswa ingin memiliki dan perilaku mereka merupakan upaya untuk mencapai rasa memiliki. Jika guru menemukan perilaku yang bermasalah pada diri siswa maka Dreikurs merekomendasikan guru menujuk siswa yang melakukan hal yang keliru untuk meneria konsekuensi logis atas apa yang dilakukannya. Konsekuensi logis tidak sama dengan hukuman (punishment). Suatu contoh misalnya jika siswa membuang sampah tidak pada tempatnya maka guru menujuk siswa tersebut untuk mengambil sampai yang telah dibuangnya untuk dimasukan ke tempat sampah.
Demikan tulisan singat mengenai manajemen perilaku anak-anak disekolah. Semoga tulisan ini bisa memberikan informasi yang bermanfaat.
Sumber :
Jo Ann Brewer.2007. Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Grades (6th Edition). United States: pearson. pp. 192-196
Daftar Buku yang Berhubungan Dengan Topik diatas :
Terapi Kemandulan
July 07, 2015
No comments
Terapi Kemandulan
by. kongkoh
Pada kesempatan ini saya ingin memposting mengenai "kemandulan", namun yang akan dipaparkan disini bukan membahas kemandulannya, tetapi yang dibahas yaitu terapi kemandulan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Terlepas dari apa penyebab dari kemandulan tidak akan dituliskan disini silahkan teman-teman cari artikel yang membahas masalah tersebut.
Saya sebagai muslim menyakini betul bahwa tidak ada sesuatu didunia ini tanpa sekehendak Tuhan Allah (الله) SWT, Dialah yang menciptakan alam jagad raya ini beserta isinya termasuk didalamnya kita sebagai manusia.
Setiap orang yang sudah berkeluarga tentunya mengharapkan kehadiran seorang anggota keluarga baru yang lahir dari buah cinta mereka, namun terkadang tidak semua harapan yang kita dambakan selalu hadir dihadapan kita termasuk didalamnya adalah mendambakan kehadiran seorang anak. Untuk sebagian orang ingin mendapatkan anak terkadang membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi padahal usia pernikahan yang dijalaninya sudah begitu lama atau bahkan sampai akhir hanyatnya kehidupan keluarganya tidak mendapatkan keturunan/anak. Beragam cara pasangan suami istri melakukan usaha untuk mendapatkan keturunan dari yang tradisional sampai yang modern, dari yang mengeluarkan uang sedikit sampai yang mengeluarkan uang berjuta-juta, Ada yang berhasil mendapatkan keturunan dari usaha yang mereka lakukan tetapi tidak sedikit pula yang gagal semoga tidak putus asa.
Didalam berusaha memang selalu ada dua kemaungkinan berhasil ataupun gagal. Tentunya sebagai muslim harus menyakini betul bahwa setiap usaha yang yang kita lakukan dengan niat, tujuan serta cara yang benar tidak menyimpang dari ajaran agama semuanya akan menjadi catatan amal kebaikan.
Bagi saudara-saudara kita yang sudah berusaha dengan beragam cara untuk mendapatkan keturunan namun masih belum berhasil juga coba lakukan dengan cara yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu dengan cara memperbanyak istighfar dan sedekah. Informasi ini saya peroleh dari buku yang ditulis Muhammad Suwwaid yang berjudul Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Thift diterjemahkan oleh Salafuddin Abu Sayyid (Mendidik Anak Bersama Nabi). Berikut ini petikan isi buku yang menulis tentang hal tersebut (halaman 64).
Abu Hanifah dalam Musnad-nya meriwayatkan hadits dari Jabir bin Abdullah bahwa salah seorang, Anshar datang menghadap Nabi serya berkata, "Ya Rasulullah, aku belum dikaruniai anak satu pun dan aku tidak punya anak." Rasulullah kemudian bersabda, "Bila engkau mau memperbanyak istighfar dan memperbanyak sedekah, maka engkau akan dikaruniai anak." Sahabat ini kemudian memperbanyak sedekah dan memperbanyak istighfar. Jabir kemudian melanjutkan ceritanya, "kemudian ia pun dikaruniai sembilan anak laki-laki"
Demikianlah yang dapat saya tuliskan semoga memberikan manfaat.
Sumber:
Muhammad Suwwaid. 2009.Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Thift (diterjemahkan oleh Salafuddin Abu Sayyid) "Mendidik Anak Bersama Nabi". Dar Al-Wafa' Al-Mansura /PustakaArafah:Indonesia
Baca yang lainnya :
Baca yang lainnya :
06 July, 2015
Teori-Teori Bermain
Teori-Teori Bermain
Buku yang ditulis oleh Audrey Curtis yang berjudul Care and Education in early childhood, terdapat beberapa para teoritis yang dianggap memberikan kontribusi dan serta berargumentasi bahwa bermain memiliki peranan yang sangat penting di dalam proses belajar pada anak.
1.Friedrich Froebel
pemikiran Frobel berpengaruh besar di Eropa dan Inggris, pandangan dia tentang bermain tertuang dalam the Education of Man yang dipublikasikan pada tahun 1896. Dia menulis bahwa bermain "play truly recognised and rightly fostered, unites the germinating life of the child attentively with the ripe life of experiences of the adult and thus fosters the one through the other". Dia percaya bahwa bermain berkembang dari dalam diri anak.
2. Herbert Spencer
teori yang diusungnya yaitu teori surplus energi (Surplus Energy theory).
Dia percaya bahwa hewan yang lebih tinggi, termasuk manusia, seringkali memiliki periode kelebihan energi, dan bermain adalah cara yang dapat diterima untuk menggunakan kelebihan energi. Menurutnya bermain itu terpisah dari pekerjaan, bermain hanya betul-betul untuk mengalihkan energi yang berlebih walapun di dalam pengalihan tersebut terdapat rasa menyenangkan yang diterima anak secara langsung.
Dia percaya bahwa hewan yang lebih tinggi, termasuk manusia, seringkali memiliki periode kelebihan energi, dan bermain adalah cara yang dapat diterima untuk menggunakan kelebihan energi. Menurutnya bermain itu terpisah dari pekerjaan, bermain hanya betul-betul untuk mengalihkan energi yang berlebih walapun di dalam pengalihan tersebut terdapat rasa menyenangkan yang diterima anak secara langsung.
3. Karl Groos
Dia mempublikasikan dua buku penting yang terkait bermain yaitu the play of animals and the play of man. Dia beranggapan bahwa bermain adalah sarana untuk membantu anak-anak mempersiapkan diri untuk hidup karena itu bisa memberikan kesempatan untuk mempraktekan keterampilan dan kemungkinan mengeksplorasi dan membelajari apa yang mereka perlu ketahui sebagai orang dewasa.
4. G.Stanley Hall
teori yang dia usulkan yaiti teori rekapitulasi bermain (the recapitulation theory of play). Stanley Hall berpendapat bahwa melalui tindakan anak bermain keluarlah semua perilaku primitif manusia tentang masa lalu evolusi kita. Misalnya, kasar dan kekasaran bermain mengingatkan pada gulat dan pertempuran masa lalu.
5. Freudian theorists
Most Freudian theorists have referred to play but I have selected those whom I believe have had some impact upon our understanding of play with young children.
6. Sigmund Freud
Freud percaya bahwa bermain adalah pengalaman katarsis bagi anak-anak. Menurut teori psikoanalitik, bermain mengambil bentuk pemenuhan keinginan dan memungkinkan anak untuk menguasai pengalaman traumatis. Freud (1958) menulis bahwa 'setiap anak yang bermain berperilaku seperti seorang penulis imajinatif, karena ia ... menciptakan dunia sendiri atau, dengan lebih benar, ia mengatur hal-hal di dunia ini dan perintah itu dengan cara baru yang lebih menyenangkan. Bermain memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan diri sepenuhnya, tanpa syarat atau pembalasan, karena anak-anak bermain merasa aman. Anak-anak akan menggunakan mainan dan bahan lain untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide yang mereka tidak dapat secara verbal.
7. Eric Erikson
Erikson mengacu pada pentingnya bermain, Ia menyebut tahap ketiga perkembangan, dari usia empat sampai enam tahun, yang disebut dengan istilah "usia bermain". Selama periode ini anak harus terlibat dalam kedua kegiatan bermain yaitu bermain soliter/sendirian dan bermain kooperatif, karena membantu mereka untuk mengembangkan inisiatif mereka dan menangani kekecewaan dan kegagalan mereka.
8. Donald Winicott
Winicott stressed the importance of the transitional object in the development of play.For him play allows children the possibility of suspending reality and exploring potentially threatening experiences in the ‘safe’ environment of their fantasy world.
9. Susan Isaacs
Susan Isaacs mendukung pentingnya bermain di kedua perkembangan yaitu perkembangan emosional dan kognitif anak. Sebagai psikoanalis dia percaya pada manfaat bermain terhadadp emosional , dengan alasan bermain memiliki efek positif pada perkembangan sosial dan kognitif anak-anak. Dia menulis, bermain memang pekerjaan anak dan sarana ia tumbuh dan berkembang. Bermain aktif dapat dipandang sebagai tanda kesehatan mental; dan tidak adanya indikasi beberapa cacat bawaan, atau penyakit mental '(1929). Baginya, melalui bermain anak-anak dapat memberitahu kita tentang keadaan emosional mereka dan kita bisa mulai memahami kepribadian dan perilaku mereka.
10. Jean Piaget
Dia berpendapat bahwa anak-anak adalah pembelajar aktif dan dua kegiatan bermain dan imitasi adalah hal yang penting untuk perkembangan bayi dan anak-anak. Piaget menganggap bahwa bermain adalah produk asimilasi, sedangkan imitasi dihasilkan dari akomodasi. Selama bermain, anak-anak bertindak mengeluarkan perilaku mereka yang sudah terbentuk dan beradaptasi terhadap realitas yang sesuai dengan mereka dengan cara yang menyenangkan. Selama imitasi, sebaliknya, anak-anak mencoba untuk menyalin tindakan orang lain untuk memahami dunia di sekitar mereka.
11. Jerome Bruner
Bruner melihat bermain bermanfaat bagi perkembangan kognitif. Menurutnya bermain sebagai persiapan dirinya untuk "technical social life that constitutes human culture" (teknis kehidupan sosial yang merupakan kebudayaan manusia). Dia berpendapat bahwa bermain berfungsi baik sebagai praktik untuk penguasaan keterampilan dan sebagai kesempatan untuk mencoba kombinasi baru dari perilaku dalam suasana yang aman. Bruner percaya bahwa semua bermain mempunyai aturan.
Bruner melihat bermain bermanfaat bagi perkembangan kognitif. Menurutnya bermain sebagai persiapan dirinya untuk "technical social life that constitutes human culture" (teknis kehidupan sosial yang merupakan kebudayaan manusia). Dia berpendapat bahwa bermain berfungsi baik sebagai praktik untuk penguasaan keterampilan dan sebagai kesempatan untuk mencoba kombinasi baru dari perilaku dalam suasana yang aman. Bruner percaya bahwa semua bermain mempunyai aturan.
12. Lev Vygotsky
Untuk Vygotsky bermain adalah wahana interaksi sosial dan merupakan sumber utama perkembangan di tahun-tahun pra-sekolah. Dia berpendapat bahwa "zone of proximal development" diciptakan oleh bermain, dan karena itu dalam bermain anak-anak belajar bagaimana dapat berfungsi di luar kemampuan mereka saat ini.
13. Maria Montessori
sepertinya kontras dengan para pendidik anak usia dini yang mendukung bahwa kegiatan bermain mempunyai nilai dalam proses kegiatan belajar anak-anak. Sedangkan Maria Montessori menganggap bahwa anak-anak belajar melalui kegiatan kehidupan nyata. Baginya, bermain "dalam kehidupan anak ... mungkin sesuatu yang begitu penting yang ia lakukan karena kurangnya sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan".
Demikian ulasan singkat mengenai teori-teori bermain yang dapat saya tuliskan mudah-mudahan bisa memberikan manfaat. Harapan saya silahkan teman-teman baca dari sumber aslinya, karena dengan membaca dari sumber aslinya akan lebih mendapatkan pemahaman yang lebih utuh.
Sumber:
Audrey Curtis.2003. Care and Education in Early Childhood: A Student's Guide to Theory and Practice. USA and London:RoutledgeFalmer. pp. 104-108
Subscribe to:
Posts (Atom)